BERBAGI News – TIDAK ada bulan yang demikian banyak mendapat sebutan kemuliaan seperti Ramadhan. Nabi Muhammad SAW menyebutnya sebagai bulan berkah, bulan pengampunan, bulan kebaikan, dan masih banyak lagi keutamaannya. Mencerminkan nilai khusus spiritual dari bulan suci itu.
Pahala dan hukum yang berkaitan dengan puasa demikian dipandang penting sehingga Allah SWT akan melaksanakan pemberian pahala dan siksa itu. Ini tercermin dalam salah satu hadits Qudsi, “Semua amal manusia itu adalah untuknya, kecuali puasa. Puasa ini untuk-Ku dan Aku yang akan mengganjarnya.”
Puasa bila dilakukan sesuai dengan kaidah dan ajaran agama akan menjadi sarana yang kuat untuk memerdekakan kita dari belenggu keinginan, hasrat, dan segala nafsu fisik yang negatif. Disamping itu, akan membersihkan kita dari kekotoran dosa-dosa badani.
Rasulullah SAW bersabda kepada sahabat Jabir bin Abdullah Al Ansari. “Jabir ini adalah bulan kemuliaan. Barang siapa yang berpuasa di siang harinya dan tetap sadar dan ingat pada Allah di malam harinya, menjaga perutnya dari apa yang diharamkan, dan menjaga kehormatannya dari kekotoran, serta menahan lidahnya maka ia akan terlepas dari dosa-dosa seperti lepasnya bulan Ramadhan dari dia.”
Kini makin disadari bahwa puasa yang dilakukan dengan iman akan memberi pengaruh kepada seseorang yang menjalaninya. Dalam ilmu kedokteran-termasuk para dokter dari dunia Barat-memuji kaidah-kaidah puasa. Karena menurut mereka, pengendalian diri merupakan obat paling manjur untuk meredam berbagai penyakit.
Mereka menyimpulkan bahwa kemarahan, kebencian, dengki, sakit hati, dan dendam-kesemuanya oleh agama diminta agar kita meredamnya-adalah sikap-sikap yang memperburuk kesehatan karena merusak daya tahan tubuh. Banyak penyakit seperti jantung, hipertensi, dan stroke diperberat oleh sikap-sikap demikian.
Selama puasa kita juga diperintahkan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT serta merasakan kehadiran-Nya. Selain itu, kita juga dianjurkan untuk mempererat solidaritas sosial serta rasa kasih sayang sesama umat.
Dengan demikian, mereka merasakan adanya persamaan yang mengurangi rasa kelebihan dalam mengecap kenikmatan rezeki yang diberikan Tuhan kepada mereka. Sehingga, akan ada tolong- menolong antara yang kuat dan lemah, kaya dan miskin baik dalam bentuk zakat, sedekah, maupun infak. Mari kita berfastabiqul khairat di bulan mulia penuh hikmah.
Selamat menjalankan ibadah puasa. “Hidangan langit telah tersedia. Lupakan sejenak santapan duniawi,” Wallahu a’lam bishshowab. ***