Sajian Ramadhan 9 : Pesan Sosial Puasa

Oleh: Aswan Nasution

Agama92 Dilihat
Banner IDwebhost

PERNAH terpikirkah oleh kita bahwa sebenarnya dalam banyak ibadah yang sifatnya personal, Allah selalu tak lupa menitipkan pesan sosial? Demikianlah sejatinya yang dituntunkan Allah kepada para hamba-Nya.

Semua Ibadah mahdah seperti shalat, haji, zakat, dan tentu juga puasa di bulan Ramadhan, punya pesan sosial teramat dalam. Di satu sisi, Ramadhan adalah masa jeda bagi perawatan tubuh kita setelah sebelas bulan mendapatkan tugas operasional amat tinggi. Di sisi lain, puasa sesungguhnya salah satu mizan untuk mengukur kepedulian sosial kita.

Mizan alias timbangan ini bisa digunakan untuk mengukur seberapa besar untuk keterpanggilan kita begitu menyaksikan ketimpangan hidup. Kalau dengan puasa, perasaan kita tetap tumpul, maka kita merugi.

Kalau dengan puasa kemauan untuk berbagi tidak tampak, maka kita tidak beruntung. Kalau dengan puasa, kita juga tak mampu menjaga tajamnya ujung lidah kita, maka kita benar-benar termasuk golongan yang merugi. Kalau dengan puasa kita masih kesulitan mendahului kehendak Allah sebelum kehendak kita sendiri, maka kita benar-benar tak mampu menangkap pesan puasa yang sejati.

Ramadhan mengajarkan soal pentingnya saling memberi saling mengasihi. Janganlah merasa aman dari tatapan tajam para penghuni langit, kalau kita dengan sengaja membiarkan tetangga kita kelaparan. Sejatinya kita bukan termasuk orang yang beriman bila hal demikian sampai terjadi!

Keimanan menemukan muaranya ketika ia berbuah secara sosial. Teramat sulit untuk mengukur keimanan seseorang kalau ketelibatannya dalam masyarakat, ternyata minus. Jangan pernah menyangka keimanan cuma dapat dibuktikan dengan shalat, puasa, zakat dan haji!

Bolehlah kita bersujud dan beritikaf di sudut-sudut masjid dalam keadaan berpuasa. Tapi, ingatlah, kalau pada saat bersamaan kita membiarkan tamu berdiri mematung di depan pintu rumah, membiarkan tetangga kelaparan, tidak menebarkan rasa kasih kepada sesama, maka sedikit demi sedikit konstruksi keimanan kita telah berguguran bersama rasa lapar, dingin, serta kepapaan para tetangga kita.

Baca Juga:  Bahayanya Penyakit Hasad

Seringkali bila menyeru kalangan beriman. Allah tak lupa menyertakan di belakangnya penyifatan “dan beramal saleh”. Misalnya, Yaa ayyuhal ladziina aamanu wa’amilush shaalihat [Hai orang-orang beriman dan beramal saleh].

Karena kita beriman, maka kita diwajibkan puasa. Karena kita puasa, maka kita harus beramal saleh kepada masyarakat. Demikian seharusnya. Wallahu a’lam bish showab.

Selamat menjalankan ibadah puasa. “Hidangan Langit Telah Tersedia, Lupakan Sejenak Santapan Duniawi.”

banner 336x280