Sajian Ramadhan 20: Meraih 10 Hari Utama di Akhir Ramadhan

Oleh: Aswan Nasution

Agama236 Dilihat
Banner IDwebhost

REALITA yang dijumpai di tengah-tengah masyarakat menunjukkan prestasi dan kesungguhan ibadah pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan semakin menurun, dan yang menunjukkan peningkatan malah gaya hidup konsumerisme guna menyambut datangnya lebaran. Syiar-syiar Islam yang sepatutnya dihidupkan seperti memakmurkan masjid dengan shalat berjamaah dan i’tikaf, tadarus Al-Qur’an dengan memahami apa yang dibaca, banyak berinfak dan mengeluarkan zakat hartanya, tertinggal jauh dibelakang dibanding gebyar-gebyar menyambut hari lebaran.

Masjid-masjid sepi sementara mal-mal, plaza, pusat perbelanjaan lainnya semakin ramai. Tadarus Al-Qur’an semakin kurang, merenungi dosa-dosa banyak beristighfar dan taubat semakin tidak sempat karena pikiran orang tua banyak tercurah memikirkan pakaian baru dan makanan enak lebaran. Inilah sebagian dari realita sambutan dan gaya hidup sebagian umat Islam di sepuluh hari terakhir Ramadhan yang amat memperhatinkan itu.

Jadi, bagaimanakah seharusnya kita mengisi kegiatan pada 10 hari terakhir di bulan Ramadhan itu sesuai perintah agama?

Syehk Muhammad bin Saleh Utsaimin dalam bukunya “Majelis Syahri Ramadhan” terbitan al-Jami’ah al-Islamiyah Madinah al-Munawrah menggolongkan 10 hari terakhir bulan Ramadhan itu berdasar Hadits-hadits qauli [sabda Nabi Saw] dan Hadits fi’li [perbuataj Nabi Saw] adalah 10 hari yang memiliki keutamaan yang terkenal dan keistimewaan yang besar karena pada malam- malamnya ada malam lailatul qadar yang bertaburan dengan kebaikan dan janji pahala yang banyak.

Ada 5 sikap dan perbuatan yang dicontohkan Rasulullah SAW. dalam menghidupkan sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, yaitu:

1. Beribadah dengan sungguh-sungguh [al-ijtihadu]

Nabi SAW. lebih sungguh-sungguh dalam melakukan ibadah pada hari-hari tersebut melebihi kesungguhan beliau pada hari-hari yang lain. Aisyah Ra. memberikan kesaksiannya dalam “Shahih Muslim”. “Pada sepuluh hari yang akhir bulan Ramadhan, Nabi SAW. lebih giat beribadah melebihi dari hari-hari lainnya.” [HR. Muslim].

Baca Juga:  Sajian Ramadhan 7 : Puasa dan Do'a

2. Menjauhi isteri [syiddul mi’zar]

Diberitakan dari Aisyah Ra. berkata: “Biasanya Nabi SAW, bila telah tiba sepuluh [yang terakhir dari bulan Ramadhan] beliau ikatkan sarungnya erat-erat, beliau berjaga-jaga malamnya dan beliau bangunkan keluarganya.” [HR. Bukhari dan Muslim].

Pada malam- malam itu Nabi SAW. mengikat sarungnya erat-erat, menurut Muhammad bin Saleh Utsaimin, berarti beliau SAW. menjahui isteri-isterinya demi memusatkan diri dalam melakukan shalat dan zikir.

3. Menghidupkan malam-malamnya [ihyaul lail].

Menurut Muhammad bin Saleh Utsaimin, beliau SAW, menghidupkan dan berjaga-jaga pada malam- malam itu dengan melakukan shalat, membaca Al-Qur’an dan berzikir dengan hati, lisan dan anggota badannya karena mulianya malam-malam itu dan penuh kebaikan.

Pada malam-malam itu beliau dan para sahabat dalam banyak riwayat mencari dan menunggu-nunggu “lailatul qadar” dimana siapa yang dapat beribadah pada malam mulia karena iman dan mencari ridha Allah, maka akan dapat diampuni dosanya yang telah lalu.

4. Membangunkan keluarga untuk beribadah [aiqadzu ahlahu]

Nabi SAW membangunkan keluarganya seperti isterinya, untuk shalat dan zikir guna mendapatkan taufik dari Allah Azza wajalla.

5. Beri’tikaf

Beri’tikaf, menurut Utsaimin, berarti menetap di masjid dengan memutuskan hubungan dengan orang lain untuk berkonsentrasi melakukan ketaatan kepada Allah, untuk mencari karunia-Nya dan pahala-Nya serta untuk mendapatkan lailatul qadar.

Akhirnya marilah kita bersungguh-sungguh mengisi 10 hari utama ini dengan berbagai macam ibadah yang telah dicontohkan Nabi SAW. sehingga ketika keluar dari Ramadhan kita menjadi orang menang menaklukkan hawa nafsu dan orang bersih dari dosa-dosa. Wallahu a’lam bishshowab.

Selamat Menjalankan Ibadah Puasa. “Hidangan Langit Telah Tersedia. Lupakan Sejenak Santapan Duniawi”.

banner 336x280