Sajian Ramadhan 22: Menggapai Cinta Allah dengan Itikaf

Oleh: Aswan Nasution

Agama179 Dilihat
Banner IDwebhost

SALAH satu ibadah yang disunnahkan pada bulan Ramadhan adalah i’tikaf. I’tikaf disunnahkan untuk dilaksanakan kapan saja. Akan tetapi i’tikaf yang utama adalah pada bulan Ramadhan, terutama pada sepuluh hari terakhir. I’tikaf adalah yang mudah dilaksanakan. Kita bisa  melaksanakan i’tikaf di masjid kapan saja, baik siang atau malam, dan tidak ada ketentuan berapa lama waktu i’tikaf. Demikian pendapat mayoritas para ulama.

Rasulullah SAW selalu mentradisikan i’tikaf pada setiap sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Dari Aisyah Ra, ia berkata, ” Sesungguhnya Nabi SAW beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, sampai beliau SAW wafat. Kemudian istri-istri beliau [melanjutkan tradisi] i’tikaf sepeninggal beliau.” [HR. Bukhari dan Muslim].

I’tikaf secara bahasa berarti diam dan menetap. Karena itu, orang yang diam dan menetap di masjid untuk melakukan ibadah di dalamnya disebut mu’takif atau ‘aakif [orang yang beri’tikaf]. Menurut istilah, i’tikaf adalah tinggal/menetap di masjid dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah dengan cara/kaifiat tertentu.

I’tikaf memiliki tujuan dan manfaat yang sangat agung. Diantaranya adalah;

Pertama, untuk memusatkan hati hanya kepada Allah, berkhalwat hanya dengan-Nya, dan hanya menyibukkan diri dengan beribadah kepada Allah semata. Sehingga keakaraban kita hanya dengan Allah, sebagai ganti keakraban dengan manusia. Keakraban dengan Allah ini sebagai bekal pada hari yang menakutkan di dalam kubur, saat tidak ada teman akrab dan tidak ada sesuatu yang menyenangkan selain Dia.

Kedua, manfaat i’tikaf, untuk menjauhkan diri kita dari cinta dunia. Rutinitas dan kesibukan pekerjaan kadang melalaikan seseorang tentang hakikat dunia. Sehingga sebagian orang sibuk siang dan malam untuk menumpuk harta. Lupa bahwa dia di dunia hanyalah sementara. Maka dengan i’tikaf seseorang melakukan penyadaran diri, penyucian jiwa, sehingga tahu bagaimana menyikapi dunia yang fana.

Baca Juga:  Istiqamah Sebagai Pembentuk Karakter Diri

Ketiga, manfaat i’tikaf, untuk memakmurkan masjid. Dengan i’tikaf maka masjid menjadi makmur dan ramai dengan orang-orang yang melaksanakan ibadah-ibadah di dalam masjid, juga makmur dengan berbagai kajian ilmu yang sangat bermanfaat bagi kaum muslimin. Dan demikian itulah hakikat memakmurkan masjid yang sesungguhnya, bukan dengan memperindah arsitektur masjid, tapi sepi dari ibadah dan kajian ilmul.

Keempat, manfaat dan tujuan i’tikaf adalah untuk bertaubat kepada Allah. I’tikaf menjadi media yang sangat efektif untuk memperbaharui iman, untuk memperbaharui komitmen berislam secara kaffah, untuk secara total mentaati Allah, untuk kembali dan bertaubat kepada Allah.

Kelima, tujuan i’tikaf, untuk mencari ilmu syar’i [agama]. Banyak kajian yang diselenggarakan di masjid tempat i’tikaf, sehingga orang yang sedang i’tikaf dapat menimba ilmu dengan mendengarkan kajian-kajian tersebut. Maka menjadi motivasi bagi kita untuk senantiasa haus dan terus-menerus mencari ilmu syar’i.

Keenam, manfaat i’tikaf, juga untuk menjadikan diri kita sebagai hamba yang hatinya selalu tergantung kepada masjid. Dengan i’tikaf di masjid, maka hati kita akan semakin tertambat dan selalu rindu dengan masjid. Kita akan menjadikan masjid sebagai tempat berpijak yang paling indah, bahkan lebih indah dari istana. Karena di dalamnya kita bisa tenggelam dalam taqarrub [mendekatkan diri] kepada Allah dengan berbagai bentuk ibadah.

Demikian itulah ibadah i’tikaf dengan segala keagungannya. Mari kita meraih keagungan ibadah i’tikaf itu dengan menjalankannya sebaik-baiknya pada Ramadhan tahun ini.  Marilah kita berusaha untuk bisa melakukan i’tikaf pada 10 hari terakhir Ramadhan. Karena inilah i’tikaf yang paling utama dan yang ditradisikan oleh Rasulullah SAW.

Manakala karena kesibukan atau pekerjaan, sehingga belum memungkinkan bagi kita melakukan i’tikaf selama 10 hari terakhir di bulan Ramadhan tahun ini, maka kita boleh i’tikaf kapan saja, sesuai dengan waktu dan kemampuan kita.

Baca Juga:  Sajian Ramadhan 6 : Ramadhan Datang, Iblis Dibelenggu

Yang jelas, jangan sampai pada bulan Ramadhan yang penuh berkah ini, kita tidak mengisinya dengan ibadah i’tikaf, meskipun tidak dalam waktu yang maksimal. Mudah-mudahan Allah SWT menjadikan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang cinta masjid, yang di antaranya kita realisasikan dengan ibadah i’tikaf. Amin. Wallahu a’lam bishshowab.

Selamat menjalankan ibadah puasa. “Hidangan Langit Telah Tersedia. Lupakan Sejenak Santapan Duniawi”.

banner 336x280