Wisata Alternatif, Yuk Main ke Sawah!

Pariwisata2636 Views

Di pagi itu cuaca terasa hangat ketika mentari mengambang di antara awan-awan, bulir-bulir embun berkilauan bak berlian di tangkai-tangkai padi yang menghijau, kawanan burung terlihat bertengger dan bersiul-siul di reranting pohon turi yang berbaris di pematang, mengucapkan selamat datang hari yang cerah!

Itu tadi sekelumit cerita di pesawahan. Bagi kita yang hidup di negara tropis yang pernah mendaulat diri sebagai negara agraris, tak akan asing dengan kata “sawah”. Bagi sebagian besar orang Indonesia sawah atau lahan usaha tani memiliki arti penting, yaitu sebagai sumber penghidupan, sawah memiliki ciri antara lain; permukaan yang rata, dibatasi pematang yang fungsinya untuk menahan genangan air, tentu saja lahan tersebut bisa ditanami padi dan palawija, untuk di daerah saya, di Pulau Lombok tanaman sawah berganti menurut musim.

Ketika musim penghujan, tanaman yang mendominasi adalah padi, ketika musim kemarau biasanya sawah akan ditanami jagung, kacang-kacangan, aneka umbi-umbian dan tanaman tembakau, tapi bagi daerah dengan air melimpah umumnya di daerah yang dilintasi oleh sungai-sungai yang hulunya di mata air kaki Gunung Rinjani rata-rata akan ditanami padi sepanjang tahun dan biasanya disawah tersebut juga dipelihara ikan atau dikenal dengan istilah minatani.

Terlepas dari kegunaan utama sebagai sumber penghidupan, sawah mampu menghadirkan keindahan, yang memperelok negeri tropis seperti negeri tercinta ini, meskipun saya belum pernah ke Eropa saya yakin keindahan alam pedesaan di Indonesia, tak kalah indah dengan pemandangan Desa Edensor di Derbyshire, pedalaman Inggris nun jauh di Benua Eropa sana, seperti diceritakan oleh Andrea Hirata dalam salah satu novelnya, Edensor: Tetralogi Laskar Pelangi, yang mampu menginspirasi sejumlah pelajar Indonesia untuk berburu beasiswa ke Eropa, termasuk saya.

Baca Juga :  Eksotis Telaga Biru Lombok Timur

Pesawahan

Saya, yang tumbuh dan besar di pedesaan, sawah tak terpisahkan dari kehidupan saya, keluarga besar saya seperti kebanyakan orang Indonesia menggantungkan hidup pada sawah. Saya merasa sangat bersyukur tinggal di pedesaan, kualitas udaranya yang segar dan jauh dari kebisingan, menjadikan kita betah untuk tinggal di sana. Ketika kami masih kanak-kanak, kami biasa bermain di tengah sawah, berburu belalang, main layang-layang, bola kasti dan aneka permainan lainnya di hamparan pesawahan yang lapang karena padinya baru saja dipanen, ketika peluh sudah membasahi tubuh, kami akan beramai-ramain menceburkan diri di sungai yang membelahdesa kami, airnya jernih dan sejuk, segarnya!

Wisata pantai, wisata kebun teh, wisata pegunungan dan apalagi wisata belanja itu sudah biasa, mungkin sedikit yang menyadari sawah juga layak untuk dimasukkan didaftar tujuan liburan anda.

Bagi kebanyakan orang Pulau Lombok diidentikkan dengan pantainya yang indah dan terkenal, seperti; Pantai Senggigi, Gili Trawangan, Batu Payung, Pantai Kuta (bukan Kuta Bali), dan baru-baru ini Pantai Tangsi atau Pantai Pink yang sedang naik daun, masih banyak lagi kalau disebutkan..

Tapi saya rekomendasikan anda main ke sawah sebagai alternatif bagi anda, main ke sawah tidak identik dengan wisata konsumtif, disana anda bisa menenangkan pikiran dan menyegarkan mata dengan melihat hijaunya hamparan karpet pesawahan yang padinya masih menghijau sembari menghirup udara dengan kualitas udara markotop, atau melihat-lihat kehidupan para petani dan berbaur dengan mereka, menambah pengetahuan anda bagaimana mereka menggarap sawah, melakukan penanaman padihingga menjadi beras, yang jadi konsumsi anda sehari-hari

Belakangan ini di Indonesia sudah banyak dikembangkan wisata-wisata agro dengan menu utamanya pesawahan, contoh: sawah berundak yang umumnya dijumpai di Bali, daerah Toraja atau di Sawahlunto, Sumatera Barat. Untuk di Lombok, khususnya Lombok Timur, -my hometown-anda bisa berkunjung ke Desa Tetebatu, Desa Perian, Desa Kalianyar dan Desa Rarang, Desa Peringgasela, Desa Sikur atau desa-desa yang ada di kaki pegunungan Rinjani. Anda juga bisa kumpul dengan keluarga atau kerabat, sambil berwisata kuliner aneka hidangan tradisional, seperti ikan air tawar, ayam kampung, pelecing kangkung, lalapan, sayur-mayur yang masih segar karena dipetik langsung dari pohonnya di Lesehan-lesehan, atau saung-saung di tengah pesawahan yang mudah anda temukan di tempat-tempat yang saya sebutkan tadi dengan harga yang relating terjangkau, semua kalangan kelas bersarung sampai berdasi maknyusss deh pokoknya..hehe… (Ridho-BN)