“Hubb berakar dari kata Hababul Maa’ yang berarti air bah besar. Cinta dinamakan mahabbah karena ia adalah kepedulian yang paling besar dari cita hati.” [Al-Qusyairi, Risalah Qusyairiyah].
SALAH satu hikmah penting puasa adalah memupuk rasa kasih sayang dan cinta; rasa yang menjadi asas kuat bagi berlangsungnya kehidupan. “Di mana ada cinta, di situ ada kehidupan, ” kata Mahatma Gandi.
Berlapar dan berdahaga sepanjang hari mengasah sudut kepekaan rasa untuk dapat menyelami keadaan kaum dhuafa yang setiap detik hidupnya dimuati kesengsaraan.
Puasa mengajak manusia untuk mendengarkan bisikan nurani terdalamnya, mengetuk pintu kearifannya, dan menstimulasi potensi ilahiyahnya demi menerima dengan baik sinyal-sinyal kepekaan terhadap kondisi sesama dan selanjutnya direproduksi ke dalam perilaku sehari-hari yang senantiasa diwarnai oleh cinta kasih dan perdamaian.
Dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim Nabi Muhammad SAW berpesan, “Tidak dianggap beriman salah seorang di antara kamu jika tidak mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” [HR. Bukhari dan Muslim].
Betapa dalam makna cinta dan kasih sayang sehingga Nabi menjadikan cinta kepada sesama yang mengambil jalur horizontal sebagai barometer iman yang jalur vertikal. “Kehiduapn tanpa cinta, bagaikan pohon tanpa bunga,” kata Kahlil Gibran.
Dengan berkah Ramadhan, diharapkan Allah menyemai benih cinta di antara kita. Sebab cinta, Ma’ruf al-Karkhi, tidak dapat dipelajari manusia; ia merupakan anugerah Tuhan dan datang atas kasih-Nya.
Selamat menjalankan Ibadah puasa.”Hidangan langit telah tersedia. Lupakan sejenak santapan duniawi,” Wallahu a’lam bishshowab.
Referensi: Penerbit Republika, Nopember 2002.