PERNAHKAH Anda memperhatikan kupu-kupu? Datanglah ke taman yang penuh bunga. Insya Allah kita akan menemukan banyak serangga, termasuk kupu-kupu. Binatang itu begitu cantik dengan sayapnya yang indah. Apalagi jika sedang hinggap di antara berbagai kelopak bunga yang beraneka warna. Siapa pun tidak akan bosan memandangnya.
Tapi tahukah Anda, dari manakah kupu-kupu berasal? Seekor kupu-kupu yang indah itu sesungguhnya berasal dari seekor ulat yang tampak menjijikkan dan lemah. Ituah faktanya. Bagaimana seekor ulat yang lemah dan menjijikkan itu mampu bermetamorfosis menjadi seekor kupu-kupu yang dan mempesona?
Untuk menjadi seekor kupu-kupu, seekor ulat harus mengalami sebuah fase tanpa makan dan minum yang dalam bahasa manusia disebut puasa. Dalam fase ini, ia membungkus dirinya [berkhalwat atau mengasingkan dirinya] dalam kepompong.
Setelah beberapa waktu hidup sendiri dalam kepompongnya, tanpa makan dan minum, maka lahirlah seekor binatang baru, yang berbeda jauh dari binatang sebelumnya [ulat], yaitu kupu-kupu yang sangat indah tadi.
Demikian seekor kupu-kupu. Dengan puasa yang dijalaninya, ia mampu merubah keadaan dirinya yang kecil tanpa daya dan menjijikan menjadi binatang yang penuh pesona dan lincah. Itulah makna puasa bagi seekor kupu-kupu.
Jika puasa seekor ulat mampu merubah dirinya menjadi seekor kupu-kupu, bisakah puasa yang kita lakukan merubah kualitas hidup kita menjadi lebih baik?
Mestinya bisa! Dalam QS Al- Baqarah [2]: 183, Allah menjelaskan, bahwa puasa yang dibebankan kepada manusia [baik manusia sekarang maupun manusia dari generasi sebelum kita] bertujuan untuk merubah kualitas hidup kita menjadi manusia yang takwa. Ini artinya sesungguhnya puasa memang bisa merubah suatu keadaan menjadi keadaan yang lebih baik.
Akan tetapi, tidak semu puasa yang dilakukan manusia mampu merubah kualitas hidup orang yang melakukannya menjadi manusia takwa. Semua itu tentu tergantung bagaimana kualitas puasa itu sendiri. Maka tidak salah jika Al-Ghazali membagi tiga tingkatan atau kualitas puasa, yaitu puasa orang awam, puasa orang khusus dan puasa super khusus [khawas al-khawas].
Semakin tinggi tingkat puasa kita, maka semakin besar pengaruh puasa dalam merubah kualitas hidup kita menjadi lebih baik. Jika seekor ulat yang berpuasa mampu bermetamorfosis menjadi seekor kupu-kupu , maka manusia yang puasanya berkulitas tidak perlu menjadi malaikat tetapi menjadi manusia yang bertakwa. Mengapa demikian? Karena manusia yang bertakwa derajatnya lebih tinggi daripada malaikat yang tidak pernah berbuat dosa itu. Wallahua’lam bish-showab.
Selamat Menjalankan Ibadah Puasa. “Hidangan Langit Telah Tersedia, Lupakan Sejenak Santapan Duniawi”.