Sajian Ramadhan 17: Nuzulul Quran: Saatnya Merenungi Kedahsyatan Al-Quran

oleh: Aswan Nasution

Agama304 Dilihat
Banner IDwebhost

“Alif laam mim. Kitab [Al-Qur’an] ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.” [QS. Al-Baqarah: 1-2].

AL-QUR’AN sendiri secara harfiah memiliki arti yang memang dahsyat ‘ bacaan sempurna’. Ratusan juta manusia yang tidak mengerti artinya pun bisa dengan mudah melafalkan ayat-ayat setiap hari. Bahkan, ada sebagian muslim yang mengkhatamkan 30 juz satu rakaat shalat.

Sebutkan, kitab agama lain manakah yang sanggup dihafal di luar kepala oleh pemeluknya? Al-Qur’an, kata-katanya begitu indah, mempermudah pemeluknya untuk menghafalnya di luar kepala. Ribuan otak merekamnya. Bahkan yang tidak memahami artinya sekali pun sanggup menghafal hingga detil huruf dan tanda baca, tanpa cela. Jika ada yang hendak memalsukan Al-Qur’an, pasti hanya orang bodoh yang usil atau orang usil yang bodoh. Karena kehilangan satu alif saja, para pembacanya pasti akan protes.

Al-Qur’anul Karim. Kalamullah yang diturunkan secara berangsur. Pertama diturunkan di Jabal Nur, [bukit cahaya], di malam 17 Ramadhan. Muhammad, Sang Rasul terpilih, menerima ayat pertama Iqro’, bacalah dengan [menyebut] nama  Tuhanmu Yang Menciptakan. Maka dalam naungan Nuzulul Qur’an, mari kita renungi dan selami samudra Iqro’.

Budaya Membaca

Iqro’, bacalah. Ayat pertama yang diturunkan oleh Allah SWT ini mengungkapkan makna yang sungguh luas. Iqra’ terambil dari akar kata yang berarti “menghimpun”. Dari kata menghimpun lahir aneka makna seperti menyampaikan, menelaah, meneliti, mengetahui ciri sesuatu, dan membaca baik teks tertulis maupun tidak. [M. Quraisy Shihab, Wawasan Al-Qur’an].

Budaya membaca adalah budaya yang ditanamkan sejak  awal turunnya Al-Qur’an. Namun fenomena berkebalikan justru menimpa bangsa yang berpenduduk muslim terbesar. Di Indonesia, budaya baca benar-benar merosot dan memperhatinkan.

Budaya baca di bangsa kita yang rendah tentu menjadi masalah besar. Bagaimana tidak, ilmu yang tertulis indah dalam teks buku tidak terjamah oleh mata kita. Bagaima mungkin generasi Islam akan bangkit tanpa memiliki semangat baca yang tinggi. Padahal, melalui bukulah jendela dunia terbuka di mata kita. Dan generasi masa lampau mewariskan ilmunya melalui goresan tintanya yang menjadi buku saat ini.

Membacalah agar intelektualitas kita menajam. Membaca agar pikiran kita terbuka. Membacalah agar jendela dunia tersaksikan di depan mata. Membacalah agar kita cemburu pada mereka. Ya, mereka generasi masa lampau yang tidak pernah letih mengisi usianya dengan membaca.

Dengan kalimat indah, Al Jahish bertutur kepada kita, “Buku adalah teman duduk yang tidak akan memujimu dengan berlebihan. Ia sahabat yang tidak akan menipumu. Ia adalah teman yang tidak membuatmu bosan. kecintaan kepada buku adalah karunia indah bagi hati yang tawadhu’.

Al-Qur’an Pedoman Hidup

Berapa banyak dari kita yang lancar membaca Al-Qur’an? Berapa banyak dari kita yang mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar [secara fasih] lengkap dengan aturan tajwid yang benar? Berapa banyak dari kita yang bersedia membaca terjemahan Al-Qur’an? Berapa banyak dari kita yang mau men-tadabbur terjemahan yang telah dibaca? Berapa banyak dari kita yang mau belajar Tafsir Al-Qur’an? Dan pertanyaan terakhir, berapa banyak dari kita yang mengamalkan ajaran Al-Qur’an.

Kadang, Al-Qur’an tidak jarang kita anggap sebagai alat pengusir setan agar tidak berani masuk rumah. Al-Qur’an tidak jarang hanya digunakan sebagai pajangan penghias buffet dan rak buku. Setiap pagi, sebagian dari kita membuka hari dengan membaca koran, facebook, WhatsApp, dan lainnya, tapi  untuk membuka atau membaca Al-Qur’an, sangat sedikit yang mau menyempatkan diri.

Sebagai seorang muslim, kita kerap menyatakan bahwa Al-Qur’an adalah pedoman hidup. Namun, membaca Al-Qur’an saja kita tidak sempat, apalagi merenungi maknanya. Terlebih lagi untuk mempelajari tafsirnya. Lalu bagaimana mungkin kita menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup jika isinya saja kita tidak paham. Bagaimana kita bisa berkata bahwa Al-Qur’an adalah pedoman hidup kita, padahal mempelajari apa yang diajarkan oleh Al-Qur’an saja kita tidak minat.

Semoga, Nuzulul Qur’an menjadikan kita sadar, bahwa Allah sangat sayang kepada kita. Dia tidak ingin kita tersesat ke jalan hidup yang salah. Allah ingin agar hamba-hamba-Nya meniti jalan lurus, shirathal mustaqim, maka diturunkanlah pedoman hidup berupa Al-Qur’an. Karena Al-Qur’an adalah pedoman hidup kita, mari kita pelajari dengan serius. Mari sempatkan diri untuk membacanya setiap hari, merenungi setiap kalimatnya, mempelajari tafsirnya,  sehingga kita bisa mengamalkan kandungannya di kehidupan sehari-hari. Wallahu a’lam bish-showab.

Selamat Menjalankan Ibadah Puasa. “Hidangan Langit Telah Tersedia, Lupakan Sejenak Santapan Duniawi.”

banner 336x280
Baca Juga:  Sajian Ramadhan 23: Dermawan Pada Bulan Ramadhan