Sajian Ramadhan 24: Meninggalkan Jejak-Jejak Ramadhan

Oleh: Aswan Nasution

Agama225 Dilihat
Banner IDwebhost

DIKISAHKAN di setiap penghujung Ramadhan wajah para sahabat Nabi Muhammad SAW selalu diselimuti kesedihan. Ini bisa sangat kontras dengan apa yang kita alami dipengujung Ramadhan yang penuh dengan suka cita bersama keluarga.

Lantas, apa yang mereka sedihkan? Mereka sedih karena harus berpisah dengan Ramadhan. Bulan yang penuh rahmat, bulan yang penuh  keberkahan, bulan dimana pahala dilipatgandakan, bulan di saat pintu surga dibuka selebar-lebarnya, bulan penuh kelezatan dengan amal ibadah. Dan kelezatan ini  hanya dapat dirasakan oleh seorang hamba yang dekat dengan Rabb-nya.

Mereka menyadari pula bahwa bulan Ramadhan benar-benar memiliki keistimewaan dibandingkan bulan-bulan lainnya. Keistimewaan ini hanya dapat dialami orang-orang yang benar-benar memaksimalkan amalnya di bulan ini dan yang terpenting ialah meluruskan niat dalam beramal.

Mereka menyadari pula bahwa Ramadhan sebagai sarana untuk memaksimalkan tobat. Bagi mereka, alangkah merugi seandainya melewatkan Ramadhan begitu saja tanpa diisi akitivitas yang istimewa.

Alangkah celakanya seandainya Ramadhan ini dilalui dengan aktivitas yang hampa, sekedar menahan lapar dan dahaga. Di pengujung Ramadhan para sahabat akan selalu diselimuti rasa cemas, cemas apakah mereka akan kembali menemui Ramadhan di tahun depan, atau inikah Ramadhan terakhir? Tak heran di setiap pengujung Ramadhan, di antara sahabat selalu muncul sebuah impian, andaikan setiap bulan adalah Ramadhan.

Satu-satunya cara untuk mengobati kerinduan hati pada Ramadhan ialah meninggalkan jejak-jejak Ramadhan saat melalui bulan-bulan berikutnya. Mereka akan membawa kenangan amaliyah yang mereka lakukan di bulan Ramadhan untuk dibawa ke bulan berikutnya.

Mereka tidak akan menurunkan ritme amaliyah di bulan Ramadhan. Yang terjadi justru mereka akan meningkatkan amaliyah yang telah mereka lakukan di bulan Ramadhan. Setelah Idul Fitri, mereka mengetahui bahwa setiap jiwa akan kembali pada fitrahnya yang suci. Namun, mereka tetap masih memiliki cemas, apakah jiwa-jiwa mereka akan wafat dalam keadaan hati yang suci?

Baca Juga:  Sajian Ramadhan 13 : Belajar Puasa dari Ulat

Saat Ramadhan belum meninggalkan kita, apa yang tersisa dalam diri kita selepas Bulan suci itu? Apakah kita meninggalkan jejak-jejak Ramadhan seperti apa yang dilakukan para sahabat Nabi SAW, ataukah kita meninggalkan Ramadhan seolah hanya seremoni belaka?. Wallahu a’lam bishshowab.

Selamat Menjalankan Ibadah Puasa Ramadhan. “Hidangan Langit Telah Tersedia. Lupakan Sejenak Santapan Duniawi.”

banner 336x280