Kenapa Harus Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW

Religi207 Views

“Sesungguhnya telah ada pada [diri] Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagi kamu [yaitu] bagi orang yang mengharap [rahmat] Allah dan [kedatangan] hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” [QS. Al-Ahzab: 21].

BERBAGI News – PERINGATAN Maulid Nabi Besar Muhammad SAW. Sama sekali tidak ada dasar keagamaannya, baik dari Al Qur’an dan Al-Hadits. Sebab jika ada perintah tersurat maupun tersirat dari kedua sumber utama hukum Islam itu, tentulah para sahabat besar tak akan mengabaikan begitu saja untuk tidak memperingati Maulid Nabi SAW.

Namun, harus diakui dengan jujur bahwa kegiatan Peringatan Maulid Nabi SAW. Memiliki peranan yang besar, karena bisa menjadi wahana ekpresi kerohanian yang sangat tinggi dikalangan kaum Muslimin.

Dengan menggunakan momentum Maulid Nabi SAW sebagai salah satu “senjata” ampuh untuk menggelorakan semangat jihad kaum Muslimin. Juga dengan mencerminkan perjuangan Rasulullah SAW, menegakkan Al Islam, dengan segala liku-liku dan kesulitannya, ruhul jihad dan ruhut tauhid, semangat pengorbanan ummat dapat dibangkitkan kembali.

Dengan demikian, seyogiyanya peringatan-peringatan Maulid dan peringatan Hari Bersejarah Islam lainnya, hendaknya diarahkan untuk mencapai sasaran-sasaran berikut ini:

Untuk Menyambung Tali Sejarah Ummat

Sebagaimana kita ketahui, sebagian besar ummat ini, khususnya generasi mudanya, telah terputus dan tercabut dari sejarah masa lalu mereka. Karena itu, mereka akan menjadi tidak tahu bahwa yang  diperjuangkan Rasulullah dulu, bukan sebatas mengajari kaifiyat ibadat dalam arti yang sempit, tapi yang diperjuangkan beliau adalah tegaknya Islam dengan seluruh aspek ajarannya.

Tidak banyak yang mengetahui bahwa ummat ini pernah menjadi ummat yang besar dan bahkan menjadi kiblat peradaban dunia pada masanya. Kesadaran pada sejarah ummat ini, akan melahirkan rasa percaya diri, optimisme dan membebaskan dari rasa rendah diri.

Mewujudkan Kesadaran Akan Pentingnya Ukhuwah Islamiyah

Telah begitu lama kekuatan ummat ini tercabik-cabik karena perpecahan. Padahal, kekuatan ummat ini, salah satunya terletak pada kekuatan Ukhuwah.

Dari kesadaran ini, ummat diajak untuk membangun kembali kekuatanya, yang meliputi: “kekuatan Aqidah”, “kekuatan Akhlaq”, “kekuatan Ilmu”, “kekuatan Ukhuwah”, “kekuatan Jama’ah”, “kekuatan Materi [ekonomi]”, dan  “kekuatan Jihad”. Langkah awal pembinaan kembali kekuatan ummat ini, bagaimana pun harus dimulai dengan melahirkan generasi Qur’ani.

Menjadikan Masjid Sebagai Pusat Pembinaan Ummat

Menumbuhkan kesadaran untuk menjadikan masjid sebagai pembinaan ummat, mengembalikan izzah masjid sebagaimana fungsinya semula. Ummat harus disadarkan kembali, bahwa setiap ummat memerlukan tempat berkumpul, tempat berbagi rasa, tempat mendiskusikan per-masalahan,  tempat setiap orang mengadukan persoalannya, dan tempat itu adalah masjid.

Masjid dan jamaahnya adalah miniatur ummat dan kehidupannya. Jika masjid-masjid makmur, berarti ummat ini memiliki perhatian yang serius terhadap agama mereka. Jika masjidnya dikelola dengan manajemen yang baik, maka ummat ini juga memiliki manajemen pembinaan yang baik, begitu pula sebaliknya.

Melakukan Reorientasi Dakwah

Melakukan reorientasi dakwah dengan lebih memperioritaskan generasi muda, sejak awalnya dakwah Rasulullah SAW berorientasi pada generasi muda, seperti Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsah, Arqam bin Abi Arqam, Ja’far bin Abi Thalib. Oleh karena itu, dakwah hari ini pun harus memberikan perhatian yang memadai pada penggarapan dan pembinaan generasi muda. Bahkan seluruh kerja dakwah harus dikembalikan pada ashalah [orisinalitas] nya.

Itulah beberapa hal yang seharusnya dijadikan sasaran dalam peringatan Maulid saat ini. Oleh karena itu, adalah merupakan kewajiban kita semua, kewajiban para ulama, interlektual, dan segenap lapisan ummat Islam untuk tidak membiarkan Upacara Peringatan Maulid Nabi menjadi sebuah acara rutin yang datang setiap tahun, tanpa semangat inovatif.

Adalah kewajiban kita untuk tidak membiarkan pergeseran dari: “siapa yang diperingati dan kenapa diperingati”, Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW tidak boleh menjadi sebuah model ritual baru, tanpa pengertian, kesadaran dan daya dorong ke arah peningkatan kwalitas ummat.

Seseorang pernah mencoba menghitung-hitung biaya yang dihabiskan untuk Peringatan Maulid di negeri ini. Jika setiap masjid yang berjumlah lebih kurang 550.000 masing-masing mengadakan peringatan, Maulid di luar lingkup masjid, tarohlah 150.000 kali, maka seluruhnya berjumlah 700.000 kali Peringatan Maulid. Andai masing-masing membutuhkan dana  Rp. 100.000.saja, maka peringatan ini menghabiskan dana sebanyak 70 miliyar. Angka yang cukup besar untuk membangun berbagai proyek ummat Islam.

Tapi kita ingin menyatakan bahwa kegiatan yang terkait dengan sesuatu yang abstrak seperti iman dan takwa, tentunya tidak pada tempatnya untuk dinilai dengan sesuatu yang memakai ukuran materi.

Dalam kegiatan semacam ini, sering orang mendapatkan manfaat rohani yang tak ternilai harganya. Terpulang kepada ummat jualah, apakah akan memanfaatkan momentum Maulid untuk maksud mulia atau hanya untuk sekedar mengadakannya sebagai acara rutin dan teradisi belaka. Allahumma Shalli Wa Sallim ‘Alaihi. Wallahu a’lam bish shawab. ***

banner 336x280
Baca Juga:  Selamat Jalan Tamu Allah, Semoga Menjadi Haji Mabrur