Lari Sebagai Gaya Hidup Urban: Antara Kesehatan dan Status Sosial

Oleh: Abdul Ali Mutammima Amar Alhaq

Kesehatan408 Dilihat
Banner IDwebhost

BERBAGI News – Belakangan ini, olahraga lari mengalami transformasi yang begitu besar. Olahraga lari yang awalnya hanya aktivitas fisik dengan tujuan untuk menjaga kesehatan, kini menjelma menjadi  fenomena sosial yang kompleks, terutama di masyarakat perkotaan. Tidak lagi sekedar aktivitas individu, lari telah menjadi simbol gaya hidup modern. Event lari berskala besar, kemudian fun run, komunitas lari, hingga perlengkapan lari berteknologi tinggi menjadi bagian tak terpisahkan dari pesatnya perkembangan olahraga lari.

Namun, pesatnya perkembangan olahraga lari, memunculkan pertanyaan: apakah popularitas olahraga lari kini semata-mata didorong oleh kesehatan akan pentingnya kesehatan badan, atau ada dimensi lainnya seperti status sosial kemudian konsumerisme turut hadir di permukaan?

Tulisan ini, mencoba mengurai fenomena lari dari beragam perspektif, mulai dari solidaritas, simbol status, hingga privatisasi ruang public.

Kehidupan masyarakat khususnya di perkotaan, identik dengan aktifitas yang padat, tekanan pekerjaan, polusi udara yang mengganggu, kurangnya ruang terbuka hijau, dan tingkat stres yang tinggi. Dalam situasi ini, masyarakat  terjebak dalam rutinitas harian yang monoton dan melelahkan, sehingga mencari cara untuk melarikan diri dari tekanan tersebut menjadi sebuah kebutuhan. Maka, lari menjadi sebuah solusi praktis. Tidak memerlukan biasa besar dan juga lari dapat dilakukan kapan saja serta di mana saja.

Lari juga menjadi sebuah bentuk pelarian psikologis. Banyak masyarakat yang penulis temui merasa bahwa lari sangat membantu melepaskan stres, mendapatkan energi baru, dan bahkan menjadi ruang refleksi diri. Dalam hal ini, lari adalah salah satu cara “memperlambat” waktu, walau tubuh sedang bergerak cepat.

Tetapi, yang membuat olahraga lari kian menarik adalah ketika olahraga lari diintegrasikan ke dalam kehidupan sosial. Di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Bogor hadir berbagai komunitas lari seperti: Senayan Runners, Bogor Runners, hingga  Indo Runners telah menciptakan ruang sosial yang baru. Di NTB sendiri hadir pula komunitas lari seperti: Runjani, Riot Lombok, Berari, Sembalun Runners, dan Club Atletik Kijang Rinjani, menjadi pilihan bagi masyarakat local untuk memulai hidup sehat. Komunitas-komunitas ini tidak hanya menciptakan ruang sosial dengan minat yang sama, tetapi juga mempererat hubungan sosial, bahkan menjadi tempat bertemunya pasangan hidup. Dalam hal ini, lari bukan lagi aktivitas individual, melaikan aktivitas kolektif yang memperkuat hubungan sosial dan menciptakan keserasian sosial.

Baca Juga:  Banyak Daerah Yang Menerapkan; Denda Pelanggar Protokol Covid-19

Dimensi Sosial dan Simbol Status

Namun, di balik meningkatnya minat masyarakat terhadap olahraga lari, ada dimensi sosial yang menarik untuk disoroti. Dalam beberapa tahun terakhir, lari bukan sekedar olahraga semata, tetapi juga menjadi bagian dari gaya hidup yang di pamerkan  ke khalayak umum.

Hal ini diikuti pula dengan maraknya perlengkapan lari berteknologi tinggi yang semakin populer. Sepatu lari dengan teknologi canggih, smartwatcth yang juga dengan fitur canggihnya, hingga pakaian dari merek-merek ternama menjadi simbol status bagi para pelari. Selain itu, kehadiran fotografer di sepanjang rute lari juga menjadi daya tarik tersendiri. Hasil foto itu kemudian diunggah oleh fotografer ke flat form seperti FotoYu yang nantinya pelari bisa menebus foto tersebut dengan harga yang bervariatif.

Media sosial, seperti TikTok, Instagram dan Facebook, telah menjadi panggung utama bagi para pelari untuk menampilkan pencapian, mulai dari medali, rute lari yang menarik, dan hasil lari dengan jarak tertentu sering kali menjadi konten pilihan untuk dibagikan. Dengan demikian, lari  kini tidak hanya tentang olahraga, tetapi juga tentang membangun citra diri, dan menunjukkan eksistensi.

Fenomena-fenomena ini menimbulkan pertanyaan: apakah lari pure untuk kesehatan, atau telah menjadi arena kompetisi sosial? Dalam hal ini, akan muncul beragam jawaban. Ada yang memang pure untuk kesehatan, ada menjadikan olahraga lari sebagai bagian dari pelarian hidup dan beragam jawab lainnya.  Namun, dalam realitas saat ini, lari telah berubah menjadi sesuatu yang eksklusif bagi ia yang memiliki kemampuan finansial untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Privatisasi Ruang Publik

Pesatnya minat masyarakat terhadap olahraga lari turut juga membawa isu lainnya, yaitu privatisasi ruang publik. Adanya Event Marathon kemudian fun run oleh sebagian orang dianggap  mengambil alih ruang public seperti jalan raya, bahkan dianggap mengganggu aktivitas masyarakat.

Baca Juga:  Usai Perawatan Rujukan Akhirnya Keluarga Bawa Irvan Pulang

Penulis yang juga aktif lari, mengajak masyarakat melihat juga dari sisi yang lain. Umumnya, acara-acara ini dilakukan pada hari libur dan telah mendapatkan izin resmi.

Dari sudut pandang yang lain juga, penulis melihat bahwa event-event tersebut membawa dampak positif, seperti meningkatnya  kunjungan ke daerah tersebut dan perekonomian lokal. Penjual makanan, penginapan hingga produk lokal sudah pasti mendapatkan keuntungan dari  adanya acara tersebut. Namun, tantangan terbesar tetap pada bagaimana memastikan ruang publik tetap inklusif dan ramah bagi semua orang, termasuk pelari dan masyarakat umum.

Esensi Berlari

Pada dasarnya, lari adalah olahraga yang sederhana. Namun, dalam konteks hari ini, lari telah berkembang menjadi sesuatu yang lebih kompleks dan dapat dilihat dari berbagi dimensi sosial, ekonomi dan budaya.

Penting bagi kita merefleksikan esensi dari olahraga lari ini. Apakah kita berlari untuk menjaga kesehatan fisik dan mental, ataukah kita terjebak dalam tekanan sosial untuk terlihat relevan dengan pelari lain?

Bagi pemerintah, khususnya di NTB, baiknya meningkatkan akses terhadap ruang publik yang ramah bagi pelari. Memperbaiki pasilitas olahraga, terutama kaitannya dengan atletik. Karna bagaimanapun NTB dikenal sebagai salah satu daerah unggulan dalam cabor athletik. Dukungan ini juga sejalan dengan upaya meningkatkan kesehatan masyarakat secara umum.

Olahraga lari, sebagai olahraga yang paling dasar, memiliki potensi meningkatnya kesehatan fisik dan mempererat solidaritas sosial masyarakat. Namun, jika tidak hati-hati, lari juga menjadi arena baru kompetisi sosial dan kapitalisme gaya hidup.

Pada akhirnya, lari adalah tentang menemukan keseimbangan fisik dan mental. Tidak masalah apakah kita berlari untuk kesehatan atau sebagai bagian dari gaya hidup, yang terpenting adalah melakukannya dengan kesadaran penuh akan kebutuhan dan kemampuan diri masing-masing. ***

banner 336x280