BERBAGI News – Paguyuban Eka Warga Nusa Tenggara Barat [Komunitas Warga Sunda yang berasal dari daerah Jawa Barat] menggelar tepang sono, mempererat silaturahmi sesama dan dirangkaikan acara Halal Bilhalal 1445H. tanggal 12 Mei 2024 hari Minggu, mengambil tempat di Aula Balai Diklat UKM Provinsi Nusa Tenggara Barat, Jl. Pemuda No. 20 Gomong-Mataram.
Menggelar acara tepang sono dimaksud adalah untuk memepererat hubungan silaturrahmi sesama pengumbara yang berasal dari daerah Jawa Barat, seperti dari Bandung, Sumedang, Tasikmalaya, Cianjur, Bogor, Garut, Ciamis, Cirebon, Majalengka, Kuningan dan daerah lainnya.
Dalam sambutan Ketua Umum Paguyuban Eka Warga NTB oleh Drs.HM. Yosep Miharja, diawali dengan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya atas kehadiran keluarga besar Eka Warga NTB yang telah meluangkan waktunya dan berkesempatan untuk hadir guna memenuhi undangan pengurus paguyuban Eka Warga NTB. demi kebersamaan dalam acara tepang sono yang dirangkaikan acara Halal Bihalal 1445H.
Yosep menyampaikan sekilas dan selayang pandang tentang keberadaan paguyuban Eka Warga di Nusa Tenggara Barat, yang berawal dari tahun 1966. Dimana warga Jawa Barat yang bertugas sebagai abdi negara di NTB ini, dari kalangan TNI, Polri, dan PNS serta warga lainnya bergabung dengan Pemerintahan Daerah NTB. guna menggagas satu wadah untuk menghimpun warga Jawa Barat di NTB.
Lanjut Yosep mengungkapkan bahwa tokoh, sesepuh sebagai para inisiator pembentukan paguyuban Eka Warga NTB ini diantaranya adalah; H. Dadang Iskandar, HM. Toto Miharja, RA. Muhammad, Drh. Omik Koswara. Terhimpun pada masa Gubernur NTB, tahun 1965.
Lebih lanjut Yosep menyebutkan, adapun para tokoh, pembina, dan ketua paguyuban Eka Warga pertama dan dilanjutkan dari generasi- kegenerasi selanjutnya adalah sebagai berikut:
HR. Wasita Kusuma [Gubernur NTB], Upa Suparya [Kapolda NTB], H. Moh. Toto Miharja [Polri], H. Dadang Iskandar [Auri], Drh. Omik Koswara [Kanwil Deptan], RA. Muhammad [Deptan], H. Umar Harun [ Bupati Bima], H. Brata Kusuma [Kajati NTB], H. Yakub Koswara [Bupati Sumbawa], Letkol. H. Sapariwadi [Bupati Lotim], Kolonel. H. Iping Soemantri [ Danrem 162/WB], Ade Suganuar [Dandim Lobar], Drh. Ayi [Dispeterakan], Dr. AOS [Dosen UNRAM], Mang Iya [RRI-Mataram].
Disamping itu Yosep Miharja juga menginformasikan susunan kepengurusan paguyuban Eka Warga dari masa ke masa dan generasi ke nerasi terus berganti seiring perjalanan waktu ialah:
Sebagai Ketua dan pengurus Eka Warga ketika itu, Drh. Omik Koswara [Kanwil Deptan], R. Rana [AL], R. Rahardjo[Kanwil PU], Amin [Pelni], R. Sumantri [Kehutanan Lombok], HM. Toto Miharja[Polri], H. Iyan [Kanwil Koperasi NTB], Ir. Abas Sutisna Winata. H. Umar Harun, Drs. H. Josep Miradja.
Adapun seni budaya dan bidang-bidang yang lainnya: Mang Iji [pencak silat] Hj. Omik Koswara [Rias Pengantin Sunda], Hj. RA. Muhamad [adat istiadat] Hj. Toto Miharja, Hj. Lilis, Hj. Ny. Dudung, H. Dudung, H. Wilson [seni budaya Sunda]. Mang Hada [Reog Lobar], H. Ayut Polres Lotim [Reog Lotim], H. Cecep [ Polres Lotim-Reog], Koesmana [seni budaya], Drs. H. Ade Rukman, Rony.
Untuk dan guna melestarikan budaya seni sunda agar tidak punah begitu saja walaupun jauh dari kampung halaman peguyuban Eka Warga NTB tetap menjaganya dengan mengupayakan adanya peralatan seni seperti degung, kacapi, suling, pakaian adat kesenian sunda dan peralatan lainnya yang terkait dengan seni budaya sunda. Ungkapnya.
Sebagai terakhir Yosep menjelaskan bahwa peguyuban Eka Warga NTB adalah sebagai induk dan himpunan yang cukup tua usianya di NTB ini, namun seiring dengan perkembangan dan perjalanan waktu sebuah organisasi yang ingin maju dan berkembang di masa depan, maka suatu tuntutan adanya reformasi yaitu adanya organisasi lainnya yaitu misalnya, Tepang Sono, Leuweung Kuring, Sabilulungan, Formas Sunda Ngumbara, PPL, Pasundan, Baraya Anyar dan lainnya. Pungkas Yosef.
Sementara Tausiyah dan do’a disampaikan Ustadz Aswan Nasution, dalam kesempatan tepang sono dan halal bihalal itu menguraikan awal dari sejarah siapa inisiator yang pertama kali mengadakan halal bihalal, kata Aswan berdasarkan literatur yang kita baca bahwa pada zaman masa pemetintahan Soekarno, KH. Wahab Chasballah pada tahun 1946 mengusulkan konsep Halal Bihalal untuk mempromosikan ajaran ahlussunah wal Jamaah dan menyatukan berbagai ulama serta elit politik, yang saat itu perbedaan pandagan dan pemikiran politik yang sedang memanas dan sangat tajam.
Aswan menambahkan bahwa pelaksanaan Halal Bihalal tradisi unik Indonesia dengan bermula kata bahasa Arab halal yang berarti diizinkan atau sah, istilah ini merujuk pada tradisi pasca Ramadhan di mana masyarakat berkumpul untuk saling meminta maaf dan mempererat silaturrahmi, khususnya selama Idul Fitri. Ungkap Aswan dalam tausiyahnya. [AN]