BERBAGI News -Timnas Indonesia dijadwalkan akan bertemu dua lawan berat dalam laga lanjutan Kualifikasi Babak Ketiga Piala Dunia 2026, pada bulan November 2024.
Dua penantang Tim Garuda itu adalah Jepang dan Arab Saudi yang akan bertamu ke Jakarta.
Skuad Shin Tae-yong dikabarkan mendapatkan dukungan tambahan dari para suporter sepak bola di Korea Selatan.
Terkhusus, demi upaya Indonesia meraih poin saat bertemu Jepang di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, pada 15 November 2024 mendatang.
Dikutip dari Yonhap, Shin Tae-yong telah meminta dukungan dari CEO KMK Global Sports, Song Chang-geun.
Dukungan itu disambut baik oleh Song Chang-geun dan koleganya yang dikabarkan telah memborong tiket sebanyak 1.500 tiket nonton di GBK, jelang laga Timnas Indonesia kontra Jepang.
“Tiket ini akan didistribusikan kepada warga Korea, siswa di sekolah Korea, dan karyawan bisnis Korea, dan tim suporter gabungan akan dibentuk,” kata Song Chang-geun dalam wawancara bersama Yonhap, pada Minggu, 27 Oktober 2024.
Song Chang-geun juga menyebut kecintaan masyarakat lokal di Korea Selatan terhadap sepak bola juga telah tumbuh sejak Shin Tae-yong menjabat sebagai pelatih.
“Kecintaan masyarakat lokal terhadap Korea jelas telah tumbuh sejak Pelatih Shin menjabat (pelatih). Dalam situasi (Indonesia vs Jepang), kita membentuk tim pendukung bersama,” tegasnya.
Warganet Indo Ramai Sebut Ada Dendam Masa Lalu
Terkait laga Timnas Indonesia melawan Jepang yang didukung para ekspatriat (seseorang yang tinggal di luar negara) dari Korsel itu, banyak warganet yang menyebut adanya dendam masa lalu.
Tampak dalam sebuah cuitan, ada warganet yang menyoroti para warga Korea yang ikut mendukung laga itu dengan menyanyikan yel-yel bersama-sama di GBK.
“Untuk pertandingan melawan Jepang nanti, para ekspatriat dari Korea yang tinggal di Indonesia akan ikut mendukung Indonesia dengan menyanyikan yel-yel melawan Jepang,” tutur seorang warganet melalui akun @Bintang, pada Minggu, 27 Oktober 2024.
Kolom komentar cuitan itu pun ramai dipenuhi warganet yang menyebut adanya dendam sejarah masa lalu dari para warga Korea Selatan.
“Karena dendam juga sih, makanya dukung lawannya Jepang, bakal seru kayaknya,” ujar seorang warganet dengan akun @kimmy.
“Dendam terselubung pun dikerahkan, ayo bersatu para korban jajahan nippon (Jepang),” ungkap warganet melalui akun X @lunsadie.
Berkaca dari hal itu, mari mengintip perjalanan sejarah warga Korea Selatan yang tunduk dalam masa penjajahan Jepang:
Kemunduran Dinasti Joseon
Bangsa Korea masih sulit melupakan sejarah kelam dari penjajahan Jepang. Pada akhir abad ke-19, Semenanjung Korea di bawah Dinasti Joseon terancam dengan modernisasi Jepang pasca Restorasi Meiji tahun 1868.
Bersama negara barat, Jepang memulai industrialisasi besar-besaran dan sangat membutuhkan sumber daya alam untuk mendukung kebutuhan industrinya.
Dinasti Joseon yang telah berkuasa sekitar 500 tahun, mengalami kemunduran karena kebijakan isolasi dan masih mempertahankan status quo sebagai negara upeti di bawah Dinasti Qing Tiongkok.
Strategi Diplomasi Kapal Perang
Jepang menggunakan strategi yang disebut Big Stick Diplomacy (Diplomasi Kapal Perang) untuk memaksa Korea menjadi negara yang terbuka dan dapat dipengaruhi.
Mereka mengerahkan kapal perang Unyo untuk membuat Korea menandatangani Perjanjian Pulau Ganghwa pada tahun 1876.
Perjanjian ini memberi keuntungan besar kepada Jepang dengan memaksa Korea membuka tiga pelabuhan untuk Jepang.
Jepang Membasmi Oposisi
Pengaruh Jepang di Korea mulai menggerogoti pemerintahan Joseon dari dalam, terutama setelah kekalahan Tiongkok dalam Perang Sino-Jepang pertama (1894-1895).
Jepang menghancurkan oposisi dengan membunuh Ratu Min dan sekutunya yang anti-Jepang.
Pemerintahan Joseon di bawah Raya Gojong menyadari bahayanya pengaruh Jepang dan meluncurkan Reformasi Gwangmu untuk memodernisasi Korea.
Raja Gojong mendirikan Kekaisaran Korea pada tahun 1897 sebagai simbol modernisasi negara tersebut.***