Indahnya Akhlak Rasulullah SAW Terhadap Kaum Dhuafa

Religi174 Dilihat
Banner IDwebhost

“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan [yang sempurna], sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.” [QS. Ali Imran: 92].

SUATU hari seorang lelaki datang kepada Rasulullah SAW membawa daging masak saraya berkata, “Ya Rasulullah, terimalah ini untuk para pakir miskin yang membutuhkannya”.

Waktu itu pakir miskin yang ada di Masjid Nabawi sudah makan malam. “Adakah diantara kalian yang masih mau makan daging itu?” Mereka menjawab, “Tidak, ya Rasulullah. Bukankah kami sudah makan?”

Rasulullah kemudian menyuruh Abu Hurairah mengantarkan daging itu kepada Ummul Yatama, wanita yang ditinggal suaminya dan mempunyai beberapa anak, “Saya diutus Rasulullah untuk mengantarkan daging untukmu dan anak-anakmu,” kata Abu Hurairah.

Namun, Ummul Yatama berkata dengan ramah, “Sampaikan salamku untuk Rasulullah. Semoga beliau dan Anda mendapat balasan yang setimpal atas kemurahan ini. Aku dan anak-anakku, Alhamdulillah sudah makan. Mereka sudah tidur semua.”

Namun, Abu Hurairah memaksanya. “Terima saja, ya Ummul Yatama, besok pagi kalau anak-anakmu bangun tidur berikanlah daging ini.” Ibu itu menolak lagi.

“Wahai Abu Hurairah, siapa yang menjamin kami akan hidup hingga esok pagi? Bawa saja daging itu dan berikanlah kepada orang yang lebih fakir dari kami.”

Subhanallah, betapa indahnya akhlak Rasulullah SAW dan para sahabat, terhadap kaum dhuafa [lemah ekonomi]. Satu sama lain saling memperhatikan dan tidak mementingkan dirinya sendiri. Keimanan mereka terpatri kuat bagai baja. Hati nurani mereka peka terhadap kesusahan dan penderitaan orang lain.

Tak heran apabila mereka mampu mendobrak peradaban dunia. Keindahan ahklak menjadikan Islam bersinar di penjuru dunia. Itulah ciri mukmin sejati. Di zaman multi krisis ini masih adakah orang-orang seperti itu?.

Padahal, kekayaan dan kemiskinan hakikatnya adalah ujian yang akan dimintai pertanggung jawabannya kelak. Itulah yang menyebabkan manusia lupa diri dan kufur akan nikmat-Nya.

Alangkah beruntungnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, serta saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran [QS. Al-Ashr: 2-3]. Tetapi kebanyakan manusia hanya sibuk memikirkan dirinya tanpa memperhatikan dan peduli nasib orang lain.

Mereka berlomba-lomba mengejar kekayaan walaupun dengan jalan batil. Korupsi, kolusi, dan manipulasi menjadi hal yang biasa. Rasulullah SAW menegaskan, “Siapa yang tubuhnya tumbuh dari yang haram, maka api neraka lebih berhak atasnya.” [HR. Tirmidzi].

Maka marilah kita buka hati nurani, untuk peka, empati dan simpati terhadap sesama. Berbuat kebaikan menjadikan kita manusia yang beruntung di dunia dan di akhirat. ” Kalian semua tidak akan pernah mendapatkan kebaikan sebelum kalian mendermakan sebagian harta yang kalian cintai. Ketahuilah segala apa yang kalian dermakan pasti Allah menegetahui.” [QS. Ali Imran: 92]. Wallahu a’lam bishshowab.

Referensi: Dikutip dari beberapa sumber.

banner 336x280
Baca Juga:  Keutamaan Selalu Bersyukur dan Bersabar