Shalat Sebagai Solusi

Oleh: Aswan Nasution

Agama186 Dilihat
Banner IDwebhost

“Shalat yang berkualitas akan memberi berkah, sedangkan shalat yang asal-asalan dapat menjadi masalah. Shalat idealnya menjadi bagian dari ‘solusi hidup’ sebab tidak melakukan shalat adalah bagian dari masalah hidup.” .” (Dr. Izza Rohman).

BERBAGI News – Shalat itu sendiri pada kenyataannya bisa menjadi bagian dari solusi, dan bisa pula menjadi bagian dari masalah-bergantung pada kualitasnya.

Bila ia menjadi solusi, itu berarti kita merasakan manfaatnya; kita merasakan adanya keuntungan dari menjalankan.
Sedangkan bila ia menjadi masalah, itu berarti kita merasa mengalami kerugian dengan menjalakannya.

Mengapa shalat semestinya menjadi solusi? Berikut ini penjelasannya:

Pertama, Shalat Itu Memiliki Daya Cegah Terhadap Perbuatan yang88 Melampaui Batas dan Merusak.

Firman Allah: ” … dan laksanakanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) yang keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah itu lebih besar (keutamaanya). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan,” (QS. al-‘Ankabut: 45).

Perbuatan yang keji dan mungkar hanyalah akan membuat masalah bagi diri dan lingkungan. Perbuatan keji dan mungkar bisa merusak baik fisik maupun psikis diri kita, korban perbuatan kita, maupun orang-orang di sekeliling kita.

Dengan shalat, kita nenjauhkan diri, sebut saja “mengimunisasi” diri, dari perbuatan semacam itu-sehingga kita tidak menyusahkan diri sendiri dan masyarakat dengan perbuatan semacam itu. Dengan demikian shalat menjadi bagian dan solusi hidup.

Kedua, Shalat Itu Do’a.

Firman Allah: “Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan kesabaran dan shalat.” (QS. al-Baqarah: 45).

Kita memohon pertolongan tentulah karena mempunyai persoalan. Ayat ini memerintahkan kita untuk minta pertolongan dengan kesabaran dan shalat. Kesabaran bisa nenjadi sarana meminta pertolongan kepada Allah karena kesabaran berarti keridaan pada kenyataan dan kesiapan menghadapinya.

Dengan demikian, shalat juga bagian dari solusi hidup. Dengan shalat, kita memasuki zona orang-orang yang beroleh kekuatan, dukungan, dan pertolongan Allah.

Orang yang melaukan shalat ibarat mengisi daya (charging) dan memperbesar energi (energizing). Ia beralaih dari keadaan powerless (tanpa daya), hopeles (tanpa harapan), dan helpless (tanpa dukungan), kepada keadaan powerful (berbedaya), hofeful (penuh harap), dan helpful (bisa mendukung)

Doa sendiri dikatakan sebagai visualisasi, karena dalam doa kita menanamkan dalam benak gambaran yang lebih baik tentang diri dan situasi kita. Dalam shalat pun, kita memvisualisasikan cita-cita atau tujuan hidup.

Bacaan-bacaan shalat, yang banyak pula diisi doa, menyiratkan visi yang kuat dari seorang pelaku shalat. Shalat yang dilakukan secara istikamah dan berulang-ulang akan mnciptakan gambar yang amat kuat dalam jiwa serta pikiran seseorang.

Ketiga, Shalat Itu Dzikir.

Firman Allah: ” …dan laksanakanlah shalat untuk mengingat Allah untuk mengingat-Ku (QS. Thaha: 14). Dan ayat lain, Allah berfirman: “Ingatlah, hanya dengan mengingat, hati menjadi tenteram.” (QS. ar-Ra’d: 28).

Hati yang tenteram adalah modal besar untuk berhasil dalam menjalani kehidupan. Segala yang dirasa manusia sebagai berat, sempit, menyusahkan, merugikan, menyedihkan, dengan keteringatan kepada Allah Yang Maha Kuasa, kita bisa membuat hal itu menjadi ringan, lapang, mudah, menguntungkan, dan menyenangkan.

Kempat, Shalat Itu Pelapang Dada.

Allah telah membimbing Nabi-Nya untuk bertasbih dan menghayati sujud ketika hatinya menyempit. Allah berfirman:

“Dan kami benar-benar megetahui bahwa dadamu menjadi sempit disebabkan apa yang mereka ucapkan, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamu di antara orang-orang yang bersujud (shalat). (QS. al-Hijr: 97-98).

Dengan demikian, bila shalat membantu melapangkan jiwa kita, tentu shalat bagian dari solusi hidup kita.

Kelima, Shalat Adalah Penghapus Keburukan.

Alkisah, di hadapan Nabi, sesorang mengaku telah melakukan banyak maksiat dan merasa sulit menghindari maksiat, lalu meminta cara agar ia bisa menghapus kesalahan-kesalahannya.

“Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapus perbuatan-perbuatan buruk.” (QS. Hud: 114).

Rasulullah Saw juga pernah bersabda: “Tidaklah seorang hamba berdosa lalu berwudhu, dan membaguskan bersucinya, lalu mengerjakan shalat dua rakaat, kemudian memohon ampun kepada Allah atas dosa itu, kecuali Allah mengampuninya.”

Rasulullah juga bersabda, “Shalat lima waktu itu kafarat bagi (perbuatan-pebuatan buruk) di sela-selanya.”

Saat bersujud, pelaku shalat merendah serendahnya, dengan menyungkurkan muka yang menjadi lambang kemuliaannya ke tanah yang merepsentasikan sesuatu yang paling rendah, dan meninggikan Allah setingi-tingginya.

Dalam posisi seperti inilah, kehambahan kita berada dalam posisi yang sangat tepat, sehingga sujud justru mendekatkan kita kepada kasih dan dan karunia-Nya.
Wallahu ‘alam bis showab.

banner 336x280
Baca Juga:  Sajian Ramadhan 5: Puasa dan Cinta