“Di antara mereka ada orang yang berikrar [berjanji] kepada Allah: Jika Allah memberikan rizki kepadaku, aku akan banyak memberikan sedekah dan akan menjadi orang yang saleh. Tetapi setelah Allah memberikan sebagian dari karunia-Nya, mereka menjadi kikir dan berpaling, merekalah orang-orang yang membelakangi kebenaran”. [ QS. At-Taubah: 75-78].
BERBAGI News – TSA’LABAH bin Hasbib Al Anshory adalah seorang peternak miskin yang hanya memiliki beberapa ekor kambing. Ia termasuk orang yang rajin beribadat, senantiasa melaksanakan shalat berjamaah di Masjid bersama Nabi SAW.
Namun, anehnya, setiap selesai melaksanakan shalat ia langsung berdiri tanpa istighfar dan do’a, ia keluar dan pulang ke rumahnya. Perilaku Tsalabah yang demikian itu menjadi perhatian Nabi SAW.
Suatu ketika Rasulullah SAW. menegurnya: ” Hai Tsa’labah, mengapa engkau tergesa-gesa pergi, seperti tingkah laku orang munafik saja”.
Mendengar teguran Nabi SAW. ia menjelaskan: ” Wahai Nabi, sebenarnya kami hanya mempunyai selembar kain saja untuk shalat. Bergantian dengan istri saya. Dan saya harus cepat-cepat pulang, sebab dia menunggunya”.
Pada suatu kesempatan Tsa’labah mengutarakan niatnya kepada Rasulullah SAW. yakni agar ia dido’akan oleh Nabi SAW. untuk menjadi orang yang diberikan rizki serta harta yang layak.
Rasulullah SAW, mendengar permintaan Tsa’labah itu hanya tersenyum seraya menatap mukanya, dan berkata: ” Wahai Tsa’labah, buat apa harta banyak bagimu. Hanya sedikit orang kaya yang bersyukur. Kebanyakan mereka lupa akan nikmat Allah yang diberikan kepadanya. Ketahuilah kekayaan itu belum tentu akan menambah hidupmu lebih senang. Kekayaan itu akan mengurangi ibadahmu”.
Mendengar nasihat Nabi. itu, Tsa’labah hanya terdiam, tetapi keinginannya semakin bergejolak, bahkan ia akan mengulanginya lagi permintaannya itu kepada Nabi SAW.
Beberapa hari berikutnya, Tsa’labah mendekati Nabi SAW. dan mengutarakan permintaannya seperti yang pertama ia ungkapkan kepada Nabi SAW. pada saat itu Nabi SAW. menasihatinya lagi: ” Wahai Tsa’labah, cukuplah engkau ambil contoh seperti kehidupanku. Kalau aku mau, aku dapat memohon kepada Allah agar gunung itu menjadi emas dan gurun pasir itu menjadi permata. Tapi buat apa itu, Tsa’labah!”
Tsa’labah masih tetap berkeinginan menjadi orang kaya. Bahkan pada kali ketiganya permintaannya itu ia berjanji di hadapan Rasulullah SAW. ” Demi Tuhan yang telah mengutus engkau. Jika aku kaya, akan kupenuhi sedekah dengan sebaik-baiknya, akan kuberikan sedekah kepada fakir miskin, dan akan aku perbanyak amal saleh”, kata Tsa’labah di hadapan Rasulullah SAW.
Mendengar perkataan Tsa’labah, lalu Rasulullah SAW berkata: “Janjimu itu, janji kepada Allah!” Kemudian Rasulullah SAW. mengangkat kedua tangannya dan berdo’a memohon kepada Allah agar Tsa’labah diberi rezki sebanyak-banyaknya.
Sejak Rasulullah SAW. mendo’akannya, ternak Tsa’labah makin berkembang, ia memelihara ternak di luar kota Madinah, yang akhirnya kambing yang diternakannya menjadi beribu-ribu jumlahnya. Tetapi, meskipun ia sudah kaya hidupnya ternyata semakin hemat sekali, sebab ia sangat sayang kepada ternaknya. Karena ternaknya yang kian banyak ia pun semakin sibuk, bahkan tidak sempat mengurus yang lain.
Tsa’labah yang semula pergi ke Masjid setiap waktu shalat dan rajin berjamaah bersama Nabi SAW. lama-kelamaan, karena sibuknya, hanya dapat melakukan shalat di Masjid pada shalat Dzuhur dan Ashar saja. Dan kesibukannya pun bertambah, shalatnya pun hanya shalat Jum’at saja. Bahkan, karena kesibukan yang menyita waktunya, shalat Jum’at pun akhirnya ia tinggalkan.
Perubahan pada diri Tsa’labah menjadi perhatian Rasulullah. Apalagi sudah beberapa Jum’at ia tidak tampak lagi. “Mana Tsa’labah. Sudah beberapa Jum’at ini ia tidak tampak?” kata Rasulullah SAW kepada para sahabatnya.
Para sahabat itu menjawab: “Tsa’labah sibuk dengan kambing-kambingnya di ladang, ya Rasulullah”. Mendengar penjelasan dari para sahabat tentang keadaan Tsa’labah, Rasulullah SAW. hanya tersenyum.
Beberapa hari berikutnya, turunlah ayat yang menetapkan kewajiban menunaikan zakat. Rasulullah SAW. memerintahkan untuk memungutnya dari mereka yang berhak mengeluarkan zakat.
Hanya Tsa’labah yang mengingkari janjinya yang pertama kali diucapkannya. Maka, Nabi SAW. mengutus kepada dua orang sahabat untuk menemui Tsa’labah. Tetapi, setelah kedua utusan itu sampai dan menyampaikan surat Rasulullah SAW., Tsa’labah memberikan jawaban di hadapan utusan Nabi SAW, itu: ” Ini hanya tuntutan yang mengada-ada saja, sebenarnya iri hati terhadap kekayaanku!”
Utusan itu pun menjelaskan, ketentuan itu bukan kehendak Nabi SAW, sendiri, melainkan wahyu dari Allah. Mendengar itu, Tsa’labah hanya berkomentar: “Baiklah, kalian pulang dahulu, akan ku pikir-pikir lebih dahulu!”
Tsa’labah senantiasa menghindar, setiap kali Rasulullah SAW, mengirimkan utusan untuk memungut zakatanya, dengan berbagai dalih. Kemudian Allah SWT menurunkan wahyu, surat At-Taubah ayat 75-78:
“Di antara mereka ada orang yang berikrar kepada Allah: Jika Allah memberikan rizki kepadaku, aku akan banyak memberi sedekah dan akan menjadi orang yang saleh. Tetapi setelah Allah memberikan sebagian dari karunia-Nya, mereka menjadi kikir dan berpaling, merekalah orang-orang yang membelakangi kebenaran”.
Seorang kawan dekat Tsa’labah menyampaikan wahyu itu kepadanya, dan ia memperingatkan Tsa’labah: ” Hebat kau Tsa’labah. Kau telah berjanji kepada Allah dan juga kepada Nabi, tetapi engkau ingkari. Kau kira zakat itu dari Nabi sendiri, itu adalah dari Allah. Dan sekarang telah menjadi wahyu. Memang hebat kau Tsa’labah!”
Mendengar penjelasan kawannya itu, Tsa’labah menjadi takut akan kutukan Allah. Maka, Tsa’labah bergegas mencari Rasulullah SAW, dengan maksud menyampaikan bagian zakatnya. Tetapi, sesampainya di tempat Nabi SAW. Nabi SAW. tidak mau menerima zakat yang diberikan oleh Tsa’labah.
“Tsa’labah, Allah telah melarang kepadaku untuk menerima zakatmu. Aku telah berkali-kali memperingatkan kamu, tetapi tidak kau hiraukan. Sekarang uruslah kambing-kambingmu!” kata Rasulullah SAW kepada Tsa’labah.
Tsa’labah yang mendengar perkataan Nabi. itu makin bertambah takut dengan kutukan Allah. Ia pun segera pulang dengan jalannya yang tergontai, dan sebagai tanda penyesalannya, ia menaburi kepalanya dengan debu-debu seperti orang gila.
Maka, sejak itu pula namanya menjadi terkenal di Madinah. Orang tidak mau menerima sedekahnya, dan tidak mau membeli kambingnya. Ia tak dapat berbuat apa-apa terhadap ternak kambingnya yang makin banyak itu.
Setelah Rasulullah SAW wafat, Tsa’labah menyerahkan zakatnya kepada Khalifah Abu Bakar dan Usman bin Affan, kedua Khalifah itu juga menolak zakat yang diberikan Tsa’labah. Hingga sampai masa khalifah Usman bin Affan kehidupan Tsa’labah merana, hatinya tersiksa oleh hartanya karena lupa akan janji Allah SWT. Wallahu a’lam bishshawab.
Sumber:
Dikutip dari Kisah & Hikmah, SKJ.200.98.