Lima Kegelisahan Seorang Mukmin

Oleh: Aswan Nasution

Religi198 Dilihat
Banner IDwebhost

“Sungguh menakjubkan perkara orang mukmin itu. Seluruh perkaranya adalah baik baginya. Dan hal itu   tidak dimiliki kecuali orang mukmin. Bila ia diberi kelapangan, ia bersyukur dan itu lebih baik baginya. Bila ditimpa musibah, ia bersabar dan itu lebih baik baginya,” [HR. Muslim].

IMAM HASAN AL-BASHRI berkata, ada lima hal yang seharusnya membuat kita gelisah dan cemas dalam hidup ini.

Pertama, seharusnya kita gelisah tentang ketaatan dan ibadah kita, yang kita tidak tahu apakah Allah menerimanya atau tidak. Kita tahu bahwa misi hidup kita di dunia adalah untuk ibadah. Allah berfirman, “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, kecuali agar mereka beribadah kepada-Ku.” [QS. Adz-Dzariya: 56].

Kedua, seharusnya kita gelisah dan cemas terhadap kemaksiatan dan dosa kita, yang kita tidak tahu apakah Allah memgampuni kita atau tidak.

Kita menyadari, hampir tidak ada hari dalam hidup kita yang tanpa dosa. Kadang kita menganggap remeh maksiat kecil. Kalau dirupakab fisik, maka sungguh kita tidak akan mampu melihat besarnya dosa-dosa kita. Bayangkan kalau dosa-dosa kita itu tidak diampuni oleh Allah? Naudzubillah.

Ketiga, yang seharus menjadi kegelisahan dan kecemasan kita adalah bahwa kita mengetahui Allah memiliki Surga dan Neraka, namun kita tidak tahu kemana kita akan kembali.

Kita semua tidak tahu nasib kita, apakah tempat kita di Surga atau di Neraka. Tapi dalam ilmu Allah, semua adalah sudah diputuskan, nasib setiap hamba-Nya sudah  jelas, ke mana mereka akan kembali, ke Surga atau ke Neraka. Ya Allah, kami memohon rahmat-Mu, golongkanlah kami ke dalam hamba-hamba-Mu yang Engkau masukkan ke dalam Surga-Mu.

Keempat, yang harus kita gelisahkan adalah kita mengetahui masa lalu kita, tapi kita tidak tahu seperti apakah waktu yang tersisa.

Kelima, yang harus membuat kita cemas dan gelisah, sebagaimana wasiat Imam Hasan Al-Bashri adalah karena kita tidak tahu, apakah Allah ridha kepada kita atau tidak. Kita ini tidak tahu apakah Allah  mengakui kita sebagai hamba-Nya yang taat, dan menggolongkan kita ke dalam hizbullah [golongan Allah].

Sekarang, marilah kita ubah sebab kesedihan dan kecemasan kita dengan lima hal tadi. Adapun urusan dunia, maka kita sikapi sewajarnya saja. Tidak bersedih secara berlebihan ketika mendapatkan kekurangan  dan musibah. Juga tidak terlalu bergembira sehingga lupa daratan ketika mendapatkan anugerah dan kenikmatan. Apabila Allah memberikan karunia-Nya yang banyak maka hendaknya kita syukuri dengan banyak berinfak dan melakukan ketaatan.

Sebaliknya, manakala Allah memberi bagian dunia yang sedikit, menguji kita dengan sakit, bencana dan musibah maka hendaknya kita bersabar dan mengharap pahala Allah karenanya. Jadi, hendaknya yang menjadi pencarian kita, yang menjadi misi kita di dunia  ini adalah mencari bekal kehidupan akhirat, kehidupan abadi. Karena disanalah kehidupan yang hakiki.

Allah SWT berfirman, “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu [kebahagiaan] negeri Akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebagiaanmu dari kenikmatan dunia,” [QS. Al-Qashash: 77].

Mudah-mudahan  Allah memberikan kekuatan iman  kepada kita, sehingga kita termasuk hamba-hamba-Nya yang selalu gelisah dan cemas karena urusan Akhirat. Tidak banyak disusahkan dan dicemaskan karena urusan dunia yang fana ini. Wallahu a’lam bish-showab.

banner 336x280
Baca Juga:  Kenapa Harus Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW