Kita Telah Kehilangan Perhiasan Terbaik: Akhlak

"Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya." (HR. Abu Dawud).

Religi93 Dilihat
Banner IDwebhost

PARA Hukama mengatakan, “akhlak mulia adalah kunci kebahagiaan dunia dan akhirat, perhiasan terbaik, serta amalan terberat timbangannya di sisi Allah Swt.

Akhlak yang baik mencerminkan hati yang suci, membuka pintu rezki dan membawa kedamaian batin. Sebaliknya akhlak buruk dapat merusak hubungan, menyiksa diri sendiri dan menjadi penyebab kesengsaraan”.

Pakar mengatakan, “Budi pekerti atau akhlak yang diajarkan dan dipraktekkan oleh leluhur bangsa kita, demikian juga yang diajarkan oleh agama, akhir-akhir ini terlihat hampir pupus nilai-nilainya dalam kehidupan keseharian, Ia telah hilang, padahal ia adalah milik kita yang paling berharga lagi sangat dihargai orang lain”

Ada ungkapan yang sangat populer dan dinisbahkan kepada Nabi Muhammad Saw. bahwa : “Hikmah adalah barang hilang seorang mukmin, di mana pun ia menemukannya, maka ia lebih wajar memilikinya.” (HR. at-Tirmidzy).

Ungkapan ini yang berarti sesuatu yang hilang dan sewajarnya dicari, tetapi ia tidak berarti lenyap dari kepribadian seorang Muslim. Ungkapan ini hanya bermaksud menyatakan bahwa seorang mukmin harus selalu mendambakan hikmah kebenaran dan selalu pula mencarinya sehingga di mana pun ia menemukannya.

Prof. Dr. Quraish Shihab dalam bukunya berjudul, Yang Hilang Dari Kita: Akhlak (2019), berkata, “Akhlak telah hilang, maka kata hilang di sini dalam arti telah lenyap, tidak ditemukan lagi sehingga diperlukan upaya sungguh-sungguh untuk mencarinya, yang hilang dari kita, maka kita disini bukan menunjuk pribadi atau Dia, tetapi menunjuk masyarakat kita sebagai Muslim atau sebagai bangsa atau umat manusia”.

Selanjutnya, M. Quraish berkata, “Dahulu ulama Islam yang berkesempatan berkunjung keluar masyarakat Islam menemukan ahklak luhur di sana, lalu mereka menyebut bahwa: “Di sana ada Islam minim tauhid”, atau Di sana ada Islam, tetapi tidak ada umat Islam, sedang pada masyarakat Islam ada umat Islam, tetapi tiada Islam. Penilaian ini adalah berdasar kesan umum, bukan berdasar penelitian Ilmiah.”

Baca Juga:  Qurban, Ketaatan Tanpa Batas

Selain itu, ia mengatakan, “Sementara ada pakar melakukan penelitian ilmiah dan menemukan hasil yang sulit dinafikan. Ternyata, bahwa yang unggul dalam penerapan akhlak Islam adalah masyarakat non- Muslim.”

Ia melanjutkan, “Apa yang mereka teliti tidak hanya menyangkut hubungan manusia dan Tuhan, tetapi juga ajaran Islam mengenai hubungan seseorang dengan sesama manusia; penerapan sistem ekonomi dan prinsip keadilan dalam politik dan pemerintahan, juga hak asasi manusia dan hak politik, sistem perundangan dan hubungan internasional karena kesemua persoalan tersebut memiliki norma yang berkaitan dengan akhlak luhur dan semua dapat ditemukan dalam ajaran Islam.”

Lebih jauh, ia mengatakan, “Padahal semua bagian dari Rukun Iman dan Rukun Islam tidak terlepas dari tuntunan ahklak, bahwa juga tidak jarang diperdengarkan takbir ketika berakhlak buruk atau nama Allah disebut-sebut sambil melakukan teror dan penganiayaan. Ketika di masjid bukan saja ada alas kaki yang hilang, diperdengarkan juga fitnah dan pentakfiran serta dikumandangkan kritik dalam bentuk yang sangat tidak simpati. Bukankah itu semua menunjukkan bahwa akhlak telah hilang dari kita?”.

Umat Islam tidak mencerminkan ajaran Islam di tengah masyarakat. Karena itu, sementara pakar menamai agama Islam sebagai salah satu agama yang paling disalahpahami. Ini lebih banyak disebabkan oleh sikap umat Islam.

M.Quraish juga mengatakan, “Dalam salah satu pertemuan Majelis al-Hukama’ (lembaga menghimpun sekian banyak tokoh Muslim yang bijak dari berbagai negara yang diketuai oleh Grand Syaikh al-Azhar Mesir dari beberapa orang dari sekian banyak negara), pernah dibahas tentang sikap Barat terhadap Islam.

Salah satu kesimpulan adalah banyak sekali di antara mereka yang belum mengenal Islam dan karena itu tidak jarang juga kita mendengar dari mereka bahwa apa yang mereka baca tentang Islam jauh berbeda dengan apa yang dipraktekkan oleh yang “mewakili” Islam.

Baca Juga:  Enam Misi dalam Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW

Demikian terlihat jelas bahwa memang ada yang hilag dari kita atau tidak banyak lagi dari kita yang mengamalkan Islam (akhlak mulia). Sungguh benar Rasulullah Saw. ketika bersabda: “Ajaran Islam bermula dari keadaan tidak dikenal dan akan kembali (di masa datang) tidak dikenal juga sebagaimana keadaannya yang lalu.” (HR. Muslim).

Menurut Brigjen TNI (Prn) H. Lukman SR dalam bukunya Metode Belajar dan Mengajar Agama Islam (2007) mengatakan, “Badai krisis ahklak, krisis moral, krisis akhlak yang telah menghempas hampir di seluruh persada tanah air tercinta ini, terjadi dimana-mana, padahal ahklak adalah merupakan satu-satunya pakaian penutup aurat bagi rohani umat manusia dalam suatu bangsa.”

Selain itu, Lukman menegaskan bahwa, “Manusia akan telanjang bulat kalau dia tidak berahklak, sebab akhlak tidak hanya bicara tentang pergaulan, dan perhubungan manusia dengan manusia akan tetapi akhlak juga bicara tentang hubungan makhluk dengan khaliknya, hubungan antara hamba dengan Tuhannya”

Disitulah terletak rahasia hadits Nabi Saw, yang mengatakan: “Sesungguhnya aku diutus (dilahirkan) untuk menyempurnakan akhlak” (HR. Malik).

Maksudnya adalah kehadiran Rasulullah Saw ke permukaan bumi ini adalah merupakan untuk penyempurna atau memperbaiki akhlak hubungan manusia dengan khalik, dan mengatur hubungan pergaulan manusia dengan makhluk lainnya (alam sekitarnya)

Dengan demikian akhlak sangat memegang peranan penting dalam diri pribadi masyarakat dan bangsa. Maka berteladan dan bercermin kepada apa yang dilakukan oleh Rasulullah Saw, selama masa hidupnya akan memberi inspirasi dan tuntunan yang paling jelas, untuk kita adopsi dengan permasalahan-permasalahan dewasa ini, yang tuntunan utamanya adalah Al-Qur’an, sedangkan penjabarannya ada pada pribadi dan perilaku beliau (As-Sunnah).

Sementara itu, Jalaluddin Rahmat dalam buku khotbah-khotbah di Amerika mengatakan, “Jika kaum muslimin dewasa ini ingin mengambil alih peran sebagai penghulu dunia, maka mereka harus memperoleh harga diri (ahklak mulia) ini. Kita perlu mendapatkan kembali milik kita yang telah hilang: harga diri dan akhlakul karimah”. Wallahu a’lam bish showab.

Baca Juga:  Bahaya Menyelewengkan Amanah

Referensi:

  1. M. Quraish Shihab, Yang Hilang Dari Kita: Akhlak, 2019.
  2. Jalaluddin Rahmat, Khotbah-Khotbah di Amerika, 2002.
  3. Brigjen TNI (Purn) H. Lukman SR, Metode Belajar dan Mengajar Agama Islam, 2007.
banner 336x280