“Tiada suatu ucapan yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” [QS. Al-Qaf: 18].
KETAHUILAH bahwasanya bahaya lidah itu amat besar. Dari lidah timbulnya peperangan dan persengketaan. Lidah yang terdorong, kerap kali memutuskan persahabatan dan silaturrahmi. Nabi Muhammad SAW, pernah berkata; “Iman seorang hamba tidak akan lurus kalau hatinya belum lurus, dan hati tidak akan lurus kalau lidah belum lurus. Dan tidaklah akan masuk kedalam surga seorang yang tidak terpelihara tetangganya dari keonaran lidahnya”.
Pada suatu hari, sahabat yang terkemuka Mu’az bin Jabal bertanya kepada Rasulullah SAW; “Apakah perkataan yang keluar dari mulut kita itu akan dibuka juga perkaranya di mahkamah akhirat kelak?” Rasulullah SAW menjawab: “Hai ibnu Jabal, tidaklah manusia itu dilemparkan masuk neraka, mukanya yang didahulukan, kalau bukan lantaran lidahnya”.
Abdullah Ibnu Mas’ud, seorang sahabat Nabi yang sangat budiman pernah perkata tentang lidah demikian; “Hai lidah! Berkatalah yang baik supaya engkau beroleh kemenangan, berdiam dirilah dari kejahatan supaya engkau selamat, sebelum engkau menyesal”.
Rasulullah SAW bersabda; “Barangsiapa yang memelihara lidahnya, akan ditutupkan Allah auratnya. Barangsiapa yang sanggup menahan amarahnya, akan dipelihara Allah dia dari pada azab siksa, dan kalau sekiranya dia memohon uzur kepada Allah, maka keuzurannya itu akan dikabulkan”. Peliharalah lidahmu, melainkan terhadap kebaikan saja, karena dengan demikianlah mengalahkan syaitan”.
Berkata yang Tidak Berfaedah
Ketahuilah, bahwasanya modal hamba Allah ini di dalam hidupnya ialah waktu yang dipakainya. Kalau sekiranya waktu itu terbuang-buang kepada yang tidak berfaedah, tidak dihematkan untuk mencari pahala akhirat, berarti dia menghabiskan modal hidupnya kepada yang tidak berguna, itulah sebabnya Nabi SAW bersabda. “Yang sebaik-baiknya ke-Islaman seseorang hamba, ialah meninggalkan barang yang tidak berguna”.
Sebab-sebab yang menjadikan manusia itu membuang waktu kepada yang tidak berfaedah adalah lantaran perangai senantiasa ” mau tahu”, padahal barang yang hendak diketahui itu kadang-kadang tidak ada gunanya bagi diri sendiri, dan waktu pun habislah.
Kata yang berlebih-lebihan
Inipun sangat tercela, termasuk satu bagian dari pekerjaan yang tidak berfaedah. Seorang yang bijaksana dan tahu harga diri, perkataannya hanya sekedar yang berguna saja, kalau masih bisa dipendekan, dipendekannya. Kalau satu perkara masih bisa dimengerti dengan satu kalimat saja, maka kalimat yang ditambahkan bernama kalimat berlebihan, tidak berguna lagi. Meskipun dosanya tidak ada,
Rasulullah SAW telah bersabda; “Bahagialah orang yang tidak suka mengobral lidahnya yang berlebih-lebihan, dan bahagialah pula bagi siapa yang suka menafkahkan hartanya yang berlebihan”.
Cobalah perhatikan bagaimana terbaliknya kepada kita sekarang ini. Kita lebih suka membuang-buang waktu, berdebat hendak memutuskan sesuatu. Kerap kali terjadi satu masalah yang bisa diselesaikan dalam beberapa menit, dibicarakan bertele-tele, hingga kekuatan habis. Semua orang suka bicara dan sedikit yang suka mendengar, lebih sedikit lagi yang suka bekerja dan berkorban.
Apakah dapat kita ingatkan dalam suasana yang lebih tenang, kepada seluruh umat yang telah diperdayakan “tuduhul kalam” itu bahwasanya segenap perkataan yang keluar dari mulut akan dihitung dan dicatat oleh Raqib dan Atid, dikumpul oleh Kiraaman Katibin, dan disimpan oleh malaikat Hafazah.
Dapatlah kiranya kita ingatkan bahwasanya segala kitab itu akan diulang membukanya kembali dimuka Qadhi Rabbun Jalil? Tidaklah kita semuanya merasa malu kelak, bilamana perkataan-perkataan yang berlebih-lebihan yang keluar dari mulut kita itu diperlihatkan dan dibentangkan dihadapan kita, penuh dengan omong kosong! Berkata Ibnu Umar; “Mensucikan lidah, adalah masalah yang paling sulit dalam hidup ini. Kejahatan yang menimpa diri kebanyakan pintunya dari lidah”. Wallahu a’lam bishsowab.
Dikutip dari karya Buya Hamka, Panjimas, 1990.