“Hai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kamu berpuasa pada bulan Ramadhan, sebagaimana orang-orang sebelum kamu, semoga kamu menjadi orang yang bertaqwa”. [QS. Al-Baqarah: 183]
BULAN Ramadhan adalah merupakan sarana pelatihan dan pendidikan bagi manusia untuk dapat menguasai diri, menahan diri dari segala hal yang dilarang Allah SWT, sehingga kotoran- kotoran jiwa dan penyakit-penyakit hati dapat terbakar habis demi mendapat jiwa yang suci, hati yang bersih, fikiran yang jernih dan sikap hidup yang baik dan luhur.
Dengan kesucian hati, jiwa, fikiran dan perbuatan tersebut, maka manusia dapat mencapai pangkat yang tertinggi “Taqwa”, demi untuk mengemban suatu amanat suci menjadi khalifah di bumi, menjadi pemimpin, penguasa dan pelaksana pembangunan bangsa dan negara, karena memang hanya mereka yang berjiwa, berfikiran, dan berhati suci yang dapat mengemban tugas suci tersebut.
Dengan puasa Ramadhan, berarti manusia dilatih selama satu bulan penuh untuk membiasakan diri berkata benar, berhati suci, bersikap jujur, sehingga jika Ramadhan telah selesai, maka manusia yang berpuasa tersebut dapat terbiasa hidup suci dan bersih setiap saat.
Puasa Ramadhan dimaksudkan agar manusia dapat merubah kebiasaan sehari- hari, dari kebiasaan yang buruk pada kebiasaan yang baik, dari kegiatan yang semu menjadi terbiasa dengan kegiatan sehari-hari yang penuh ibadah kepada Allah, baik di siang hari maupun malam hari.
Siang hari penuh dengan nilai ibadah dalam segenap aktivitas hidup, sedangkan pada malam hari penuh dengan ibadah sholat, tadarus Al-Qur’an, sholat tahajud, dan bangun sebelum subuh, serta bermunjat kepada-Nya.
Dengan melakukan puasa Ramadhan dimaksudkan agar kaum muslimin tetap terbiasa dengan jamaah dan ukhuwah, baik jamaah dalam rumah [disimbolkan dengan buka puasa dan sahur bersama keluarga], berjamaah dalam masyarakat, dengan menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan dengan membiasakan sholat berjamaah baik sholat fardhu lima waktu maupun sholat tarawih.
Dengan berjamaah berarti membentuk persaudaraan dan persatuan dan rasa solidaritas sosial bukan hanya bersifat sektoral tetapi masyakat global dan universal sebagaimana dilambangkan dengan zakat fithrah dan sholat idul fithri.
Bukan suci Ramadhan juga merupakan bulan latihan agar setiap muslim selalu mengkaji, memahami dan mengamalkan Al-Qur’an. Mempelajari dan memahami kandungan Al-Qur’an bukan hanya sekedar membaca Al-Qur’an.
Ramdhan juga melatih jiwa manusia agar menjadi makhluk sosial, punya jiwa kasih sayang, kesetia kawanan sosial, dan dapat merasakan penderitaan orang lain. Mendidik manusia mempunyai jiwa yang pengasih, selalu memberi bantuan kepada mereka yang membutuhkan.
Demikian juga dalam puasa Ramadhan kita harus dapat menahan emosi, tidak cepat marah, dengki, serta menjaga lidah daripada mencaci dan memaki serta perilaku yang tercela lainnya. Karena secara hukum syari’ah, sesuatu ibadah dipandang sah jika telah terpenuhi syarat dan rukunnya, serta terhindar dari segala yang membatalkannya.
Dalam sebuah hadist disebutkan; ” Man lam Yada’ qaulaazzaui wal amal bihi falaisa lillahu hajatun fi ayyada’a tha’ aamanahu wa syaraabahu”.
Artinya: “Barangsiapa yang tidak meninggalkan ucapan dusta dan perbuatan bathil, maka bagi Allah tidak adalah gunanya orang tersebut meninggalkan makan dan minum”. [HR. Bukhari].
Dari hadist tesebut di atas, dapat disimpulkan bahwa Allah tidak akan memberi pahala bagi orang yang selalu berbuat dosa dalam berpuasa. Logikanya pahala puasa orang tersebut akan berkurang sesuai dengan dosa yang dilakukannya, karena hakikat dan tujuan puasa bukanlah sekedar untuk menahan lapar dan dahaga tetapi untuk membentuk pribadi yang dapat menahan diri dari perbuatan dosa.
Semoga kita dapat melaksanakan ibadah di bulan Ramadhan dengan penuh ketaatan dan keikhlasan demi kesuksesan serta mendapatkan derajat taqwa di sisi Allah SWT. Aamiin. Wallahu’alam bisshawab.