BERBAGI News – Walaupun bulan Syawal 1445H sudah berada dipenghujung akhir, namun suasana Idul Fitri bagi umat Islam masih terasa diliputi kebahagiaan dan kegembiraan, betapa tidak karena masih dalam keadaan fitri, bersih dan suci, apalagi bahwa dosa-dosa telah diampuni oleh Allah SWT, selama bulan Ramadhan sehingga menjadi sempurnalah kebahagiaan itu.
Momentum Syawal ini pula, Komunitas Persaudaraan Muslim Lombok Mataram – Nusa Tenggara Barat (NTB), berkesempatan untuk gelar Istihlal Liqo Syawal 1445H pada Ahad 26 Syawal 1445 H bertepatan 5 Mei 2024 M yang bertempat di Lesehan Green Asri, Kelurahan Sayang-Sayang Kota Mataram.
Adapun teknis acara Liqo Syawal (pertemuan syawal) ini, berbeda dengan pertemuan lainnya yang biasa dilaksanakan pada kegiatan yang dipopulerkan sebagian masyarakat muslim di Indonesia yang disebut acara Halal Bihalal di bulan syawal, yang disertai oleh seorang penceramah/tausiyah tunggal.
Sedangkan bagi Komunitas Persaudaraan Muslim Lombok ini sudah menjadi agenda tahunannya setiap bulan syawal menggelar Istihlal, Liqo Syawal, memilih format diskusi atau kajian syawal dengan mengangkat tema: “TAKWA, SENJATA MENGEMBALIKAN KEJAYAAN ISLAM.” menampilkan nara sumber yang mumpuni dibidangnya diantaranya; Ustadz Sumirah S.Kom, M. Eng. dan Udtadz Rozi Iskandar, M.Pd.
“Inti ibadah puasa hakikatnya adalah untuk meraih derajat ketakwaan hamba kepada Allah. Karenanya puasa harus berbekas pada perubahan mentalitas ke arah yang lebih baik,” ungkap Ustadz Sumirah dalam tausiyahnya pada diskusi itu.
Al-Ustadz Sumirah Mengutip ungkapan Sayyidina Ali Bin Thalib, Mukti Bis menjelaskan bahwa orang yang bertakwa mempunyai empat sifat utama. Pertama, Al-Khayfu minal-Jalil, merasa takut kepada Allah Swt yang mempunyai sifat Maha Agung. Kedua, Al-‘Amalu bi At-Tanzil, beramal dengan apa yang diwahyukan oleh Allah Swt.
Ciri ketiga, lanjut Sumirah, Ar-Ridha bil-Qalil, merasa cukup dan ridha dengan pemberian Allah Swt, meskipun hanya sedikit.
“Orang yang berpuasa harus bersyukur atas nikmat pemberian Allah, walaupun hanya sedikit,” katanya.
Ciri orang yang bertakwa yang keempat, Al-Isti’dadu li Yaumir-Rahil, yaitu senantiasa mempersiapkan bekal untuk menghadapi kematian dan kembali menghadap Allah SWT.
Lebih lanjut, Sumirah mengatakan jika empat ciri orang bertaqwa itu ada pada seseorang, maka dia telah mampu mencapai deraat muqarrabin (dekat dengan Allah).
“Muqarrabin adalah derajat tertinggi, orang yang berpuasa sebagaimana melengkapi dirinya dengan empat sifat di atas,” ujarnya.
Sementara ustadz Rozi Iskandar, M.Pd. sebagai pembicara kedua menyoroti terkait perkembangan umat secara global misal nya keberadaan saudara-saudara kita yang di Palestina saat ini, jika umat Islam di Indonesia dapat bahagia berkumpul bersama keluarga dalam momentum di suasana Idul Fitri, namun saudara kita di sana senantiasa diliputi kesedihan dan kesengsaraan dimana mereka tanpa tempat berlindung hanya berlantaikan tanah dan beratap langit, mengharap bantuan belas kasihan dan kepedulian saudara-saudaranya di belahan bumi lainnya.
“Jumlah umat Islam diperkirakan di dunia ada sekitar 2 miliar, hanya saja belum kuat untuk menghilangkan penindasan tanpa prikemanusiaan yang adil dan beradab. Sebenarnya bentuk kesadaran, kepedulian bagi sesama ini juga adalah dari keimanan dan keislaman karena umat Islam itu bagaikan satu tubuh, bukankah nabi pernah mengibaratkan satu Mukmin dengan Mukmin lainnya bagaikan anggota badan dalam satu tubuh,” jelasnya.
Lebih lanjut Ustadz Rozi, membacakan satu ayat Al-Qur’an surat Ali-Imran: 110. Terkait tentang predikat Khairo Ummah, artinya kalau Islam diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan baik individu, masyarakat, maupun negara. Maka menjadi tugas kita bersuara menyampaikannya serta harus ada yang mengamalkannya. Sebagai penutup Ustadz Rozi berharap hal ini hendaknya menjadi perhatian kita bersama. pungkasnya. [AN]